"Banyak yang takut. Kita sepakati 40 tahun, lebih muda dari Eropa. Bisa lebih muda, 26 tahun, bisa dilihat faktor risiko. Mammografi dalam arti skrining," kata Samuel dalam peluncuran MammoReady oleh NalaGenetics di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Waktu yang tepat untuk wanita USG payudara dan mammografi
Samuel berpendapat wanita mulai usia 25 tahun bahkan boleh menjalani pemeriksaan ini apabila memiliki faktor risiko kanker termasuk riwayat keluarga dengan kanker.
Selain riwayat keluarga, faktor risiko kanker payudara lainnya antara lain ialah kebiasaan merokok dan terpapar asap rokok atau perokok pasif, menerapkan pola makan yang buruk yakni tinggi lemak dan rendah serat, serta mengonsumsi makanan mengandung zat pengawet atau pewarna.
Faktor risiko kanker payudara lainnya yaitu haid pertama pada umur kurang dari 12 tahun, menopause atau berhenti haid setelah umur 50 tahun, melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, tidak pernah menyusui anak serta pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh kelainan tumor jinak atau tumor ganas.
Samuel menyarankan para perempuan juga rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI dan pemeriksaan payudara klinis atau SADANIS sebagai upaya mengetahui dini kanker payudara.
"SADARI dan SADANIS diharapkan sudah meningkat. Kemudian, mammografi memang mengurangi angka kematian," kata Samuel.
Menurut data Kementerian Kesehatan, kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker.
Baca juga: Antisipasi kanker payudara pada pria dengan SADARI dan SADANIS
Baca juga: Ada risiko kanker payudara bila hamil pertama di usia lebih tua
Baca juga: Bila tak ditangani, kanker jadi ancaman menuju Indonesia Emas
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023