"Pengembangan bambu menjadi produk harus ada strategi pengembangannya," ujar peneliti Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN Wahyu Dwianto dalam acara Bambootalk yang disiarkan daring di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan dari penelitian yang telah dilakukan tercatat bahwa Indonesia memiliki 176 jenis bambu atau 11 persen dari seluruh jenis bambu dunia.
Dia menjelaskan seluruh bagian dari pohon bambu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, namun hal tersebut memerlukan proses pengolahan menggunakan kimia atau teknologi.
Ia mengatakan bambu dapat diolah menjadi bahan baku untuk makanan, produk obat dan kesehatan, produk arang bambu, bahan industri, tekstil, asap cair,
serta bahan konstruksi.
Baca juga: Menperin sebut sentra kerajinan bambu di Banyuwangi menjadi contoh
Menurut dia, strategi pemanfaatan diperlukan guna mengetahui jenis bambu yang cocok sehingga optimal dalam penggunaannya.
"Setiap bambu punya manfaat yang berbeda, jadi kita tidak bisa memaksakan bambu jenis ini tak bisa untuk konstruksi, malah kita pakai untuk konstruksi," katanya.
Selain itu, ia mengatakan, produk bambu juga dapat dijadikan sebuah produk seni yang memiliki nilai jual mahal.
"Kami punya binaan usaha mikro di Banyumas bikin sangkar burung yang diukir dan harganya lumayan mahal. Jadi sebenarnya dari bahan baku yang sangat murah kalau ada sentuhan desain atau teknologi akan menjadi barang yang mahal," ujarnya.
Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku produk olahan guna meningkatkan perekonomian masyarakat, katanya, bambu juga memiliki manfaat penting bagi lingkungan, antara lain meningkatkan volume air, mencegah erosi, penyerapan emisi, memproduksi oksigen, serta potensi pariwisata.
Baca juga: Bambu nan adaptif
Baca juga: BRIN : Bambu bisa menjadi tanaman alternatif atasi krisis kayu
Baca juga: Komunitas Sosial Sembalun rancang rumah tahan gempa dari bambu
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023