...meski pemakaian BBM sudah turun, subsidi bisa saja meningkat...

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengajukan subsidi listrik pada RAPBN 2014 berkisar antara Rp81,97 triliun hingga Rp91,1 triliun tergantung pada besaran kurs dan harga minyak yang dipakai nanti.

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, di Jakarta, Rabu, mengatakan penetapan kurs dan harga minyak berpengaruh besar terhadap besaran alokasi subsidi.

"Jadi, meski pemakaian BBM sudah turun, subsidi bisa saja meningkat," katanya.

Pada RAPBN Perubahan 2013, pemerintah mengajukan subsidi listrik sebesar Rp87,24 triliun dengan kurs Rp9.600 per dolar AS dan harga minyak 108 dolar per barel.

Sementara, usulan subsidi listrik RAPBN 2014 antara Rp81,97 triliun hingga Rp91,1 triliun memakai asumsi kurs Rp9.600-Rp9.800 per dolar dan harga minyak 100-115 dolar per barel.

Jarman mengatakan, setiap kenaikan kurs Rp100 per dolar akan mingkatkan subsidi listrik sekitar Rp1 triliun.

Sementara, setiap kenaikan satu barel harga minyak menyebabkan subsidi listrik naik sekitar Rp500 miliar.

"Kalau kedua asumsi itu naik, maka subsidi bakal lebih naik lagi," katanya.

Meski, lanjutnya, konsumsi BBM pada 2014 ditargetkan turun menjadi sekitar lima juta kiloliter dari RAPBN Perubahan 2013 sebesar 6,3 juta kiloliter.

"Pada 2014, porsi BBM dalam baruan energi direncanakan sudah satu digit atau lebih rendah dibandingkan rencana tahun ini sebesar 10,87 persen," ujarnya.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013