"Kendaraan listrik lebih efisien dengan segala sumber listrik yang digunakan. Hal itu selaras dan mencerminkan emisi yang lebuh rendah yang dimiliki kendaraan listrik dibandingkan kendaraan bahan bakar minyak," kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin dalam dialog virtual di Jakarta, Kamis.
Sedangkan, total aggregate energy losses kendaraan listrik hanya 11 persen dengan perhitungan total energi hilang antara 31 sampai 35 persen.
Baca juga: KPBB dukung kebijakan Kemenhub larang angkutan "ODOL" mulai 2023
Baca juga: KPBB: Volume kendaraan bermotor hanya turun 39 persen selama PSBB
Namun, penggunaan teknologi regenerative braking system dapat membuat kendaraan listrik memanen 22 persen energi dengan menangkap kembali energi saat terjadi proses pengereman.
Ketika kendaraan listrik direm, maka diarahkan untuk menggerakkan dinamo motor yang menghasilkan listrik yang bisa disimpan di dalam baterai.
"Emisi kendaraan listrik lebih rendah dibandingkan kendaraan bermesin hibrid dan kendaraan BBM," ucap Ahmad.
Kendaraan BBM bermesin 2.000 cc yang menggunakan standar Euro 6 dengan bensin RON 95 sulfur maksimum 10 ppm memiliki level emisi karbon tertinggi mencapai 179,17 gram karbon dioksida per kilometer.
Kendaraan bermesin hibrid 2.000 cc ditambah 85 kilowatt yang mengonsumsi BBM jenis RON 95 sulfur maksimum 10 ppm memiliki emisi karbon 76,79 gram karbon dioksida per kilometer.
Baca juga: KPBB soroti acuan penetapan komponen harga BBM
Adapun kendaraan listrik 85 kilowatt yang diisi listrik dari pembangkit energi baru terbarukan memiliki level karbon 9,90 gram per kilometer.
Lebih lanjut Ahmad menyampaikan meski emisi kendaraan listrik dari PLTU baru bara lebuh rendah, namun penghentian PLTU batu bara harus dilakukan sesegera mungkin untuk digantikan dengan pembangkit listrik ramah lingkungan.
Pembangkit energi baru terbarukan mampu mendukung percepatan penurunan emisi kendaraan, baik itu emisi gas rumah kaca maupun emisi pencemaran udara.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023