London (ANTARA News) - KJRI Hamburg untuk ke-empat kalinya menggelar promosi batik yang dikemas dalam bentuk presentasi, demo dan peragaan busana batik bekerjasama dengan International Women's Club Hamburg (IWCH) di Hamburg, baru baru ini.
Presentasi batik dilakukan Ibu Annegrett Haake, wanita berkebangsaan Jerman berusia 80 tahun, pecinta dan ahli batik Jawa kuno, demikian keterangan KJRI Hamburg yang diterima ANTARA London, Selasa.
Promosi batik dihadiri sekitar 60 orang terdiri dari pengurus dan anggota IWCH, spouse dari sejumlah perwakilan asing di Hamburg, Ketua Friends of Indonesia / DIG Hamburg serta pengurus DWP Hamburg.
President IWCH, Mrs. Kim Riedel menyampaikan apresiasi kepada KJRI Hamburg yang untuk kedua kalinya mengundang IWCH dalam kegiatan promosi budaya guna lebih mengenal Indonesia secara dekat.
Diharapkannya KJRI Hamburg sebagai mitra dari organisasi yang dipimpinnya mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dapat semakin ditingkatkan dalam waktu kedepan.
Konjen RI Hamburg, Marina Estella Anwar Bey mengatakan kegiatan bertujuan untuk lebih memperkenalkan Batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.
Disampaikan sejak mendapatkan pengakuan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO, Oktober 2009, batik semakin bergaung di dalam dan di luar negeri, dan berbagai upaya dilakukan KJRI Hamburg agar lebih menduniakan batik .
Dalam presentasinya, Ibu Haake menjelaskan mengenai batik secara menyeluruh, mulai dari asal kata batik, cara membuat batik dan makna dari setiap gambar batik yang erat terkait dengan kehidupan masyarakat Jawa sehari-hari, mulai dari rakyat biasa sampai kerajaan.
Dijelaskan untuk membuat sehelai kain batik, khususnya batik tulis diperlukan waktu yang cukup lama dan juga membutuh ketekunan dan kesabaran. Ia juga menyayangkan cara membuat batik dengan menggunakan cap.
Namun sangat disayangkan saat ini banyak beredar motif batik yang dilakukan dengan mesin/printing yang kebanyakan di produksi di Cina dan Malaysia dan kemudian di ekspor ke Indonesia.
Secara tegas Ibu Haake menyampaikan bahwa disain batik yang dilakukan secara printing tidak dapat dikatakan sebagai batik yang sebenarnya.
Produk printing sama seperti produk tekstil lain yang dijual di Eropa. Dalam akhir presentasinya, Ibu Haake menekankan ketetapan UNESCO bahwa batik adalah milik Indonesia, warisan berharga dari leluhur Indonesia.
Acara berlangsung suasana santai, seluruh tamu mengikuti secara seksama presentasi yang disampaikan, terutama pada saat melakukan praktek (workshop) pembuatan batik.
Dengan antusias mencermati setiap tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan corak batik yang diinginkan sambil menikmati jajanan pasar kuliner Indonesia.
Dalam acara itu juga ditampilkan peragaan busana anak-anak yang bertujuan memperkenalkan kepada hadirin batik tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga dipakai mulai dari usia balita.
Selain itu, para undangan diperlihatkan kain batik koleksi Ibu Haake yang dipajang di beberapa sudut ruangan dan mendapat doorprize untuk yang dapat menebak pertanyaan seputar batik.
Seluruh undangan yang hadir menyampaikan kekagumannya atas keindahan corak dan kualitas batik Indonesia dan sangat mengapresiasi kegiatan KJRI yang dinilai telah menambah pengetahuan mengenai budaya Indonesia. (ZG)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013