"Kenaikan posisi Indonesia merupakan pencapaian signifikan dibandingkan pada 2022 yang berada di posisi 51 dunia," kata Direktur World Competitiveness Centre Profesor Arturo Bris di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa laporan tersebut didapat setelah IMD WTR membandingkan tingkat daya saing SDM di 64 negara dunia dengan mengevaluasi tiga faktor penentu, yakni investasi dan pengembangan SDM, daya tarik bagi SDM asing, dan tingkat kesiapan untuk mempertahankan SDM di dalam negeri.
Meski mengalami peningkatan yang signifikan, posisi daya saing SDM Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan pada 2019 atau sebelum terjadi pandemi COVID-19 yang menempati posisi 41 dunia.
“Pandemi masih berdampak atas kualitas SDM, hal ini terbukti dari sebagian besar negara yang kami teliti belum berhasil kembali ke level sebelum pandemi,” kata dia.
Berdasarkan hasil penelitian WTR, menurut dia, Indonesia telah melakukan sejumlah perbaikan terkait dengan tingkat investasi dan pengembangan SDM.
Hal itu dibuktikan dengan penerapan kerja magang yang menempati peringkat 10 dunia dan prioritas pelatihan di tempat kerja menempati peringkat 14 dunia, sehingga berkontribusi mendongkrak kualitas kompetensi SDM Indonesia.
"Terkait dengan kemampuan Indonesia meretensi pekerja di dalam negeri, dua faktor pendukungnya lain adalah kecukupan ketersediaan tenaga kerja terampil dan daya saing manajer senior di Indonesia yang dinilai cukup baik," ujarnya. Ketersediaan tenaga kerja terampil peringkat 13 dunia dan saya saing manajer senior peringkat 12 dunia.
Indeks biaya hidup di Indonesia yang peringkat 15 dunia juga disebut menjadi faktor yang menarik minat tenaga kerja asing.
Namun demikian, Indonesia masih harus melakukan pembenahan di sejumlah bidang, salah satunya peningkatan alokasi dana pendidikan.
Pasalnya, katanya, anggaran pendidikan Indonesia saat ini masih di angka 3,2 persen dari total produk domestik bruto. Di sisi lain, total anggaran pendidikan per siswa di Indonesia di angka 1.383 dolar AS atau sekitar Rp21,3 juta tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain.
Ia menilai alokasi dana pendidikan dan anggaran pendidikan per siswa perlu ditingkatkan karena keduanya menempatkan Indonesia di posisi ke-55 dari 64 negara dunia.
Hal lain yang disoroti, yakni jumlah keterlibatan tenaga kerja perempuan di Indonesia juga perlu mendapat perhatian.
Saat ini, tenaga kerja perempuan yang menyumbang 35,57 persen dari total angkatan kerja berdampak terhadap posisi Indonesia di peringkat 56 dari 64 negara dunia jika dilihat dari proporsi perempuan dalam angkatan kerja.
“Indonesia perlu memperbaiki efisiensi bisnis dan pemerintahan untuk meningkatkan daya saing SDM. Peningkatan efisiensi ini bisa efektif dilakukan jika organisasi melakukan transformasi kepemimpinan,” kata Bris.
Pewarta: Moch Mardiansyah Al Afghani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023