Kunjungan itu dilakukan untuk membahas kepentingan timbal-balik kedua pihak..."

Kabul (ANTARA News) - Para pemimpin Taliban menyatakan, Senin, mereka telah mengirim delegasi ke Iran, tetangga barat Afghanistan, untuk mengadakan pertemuan yang mungkin mengisyaratkan peranan mendatang Iran dalam upaya menciptakan perdamaian.

Setelah perang 12 tahun di Afghanistan sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan, tekanan meningkat bagi kekuatan-kekuatan regional seperti Iran, Pakistan dan India untuk mendukung perjanjian perdamaian sebelum penarikan pasukan asing pimpinan AS tahun depan, lapor AFP.

"Beberapa waktu lalu, satu delegasi yang dipimpin kepala kantor politik Emirat Islam melakukan kunjungan tiga hari ke ibu kota Iran, Teheran," kata Taliban dalam pernyataan email yang menggunakan nama resmi kelompok itu.

"Kunjungan itu dilakukan untuk membahas kepentingan timbal-balik kedua pihak dan setelah itu delegasi tersebut kembali," katanya.

Tidak ada penjelasan terinci lebih lanjut mengenai siapa yang ditemui Taliban di Teheran atau tanggal berapa kunjungan itu dilakukan atau tujuannya. Lawatan itu diketahui sebagai kunjungan pertama wakil-wakil Taliban ke Iran.

Sebuah kelompok lain Taliban juga mengunjungi Iran untuk menghadiri konferensi, tambah pernyataan itu.

Iran, yang mememiliki hubungan dagang yang kuat dengan Afghanistan barat, terpengaruh oleh kekerasan di Afghanistan, dimana ratusan ribu pengungsi menyeberangi perbatasan untuk menyelamatkan diri dari perang.

Upaya-upaya untuk memulai perundingan perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan telah gagal. Kelompok gerilya itu menolak berunding dengan Presiden Hamid Karzai, yang mereka anggap sebagai boneka AS.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013