Palu (ANTARA News) - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan aksi teror di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, semakin berani menyusul terjadinya bom bunuh diri pada Senin pagi.
Neta melalui pernyataan tertulisnya yang diterima di Palu, Senin, mengatakan sikap polisi yang dinilai terlalu represif ternyata disikapi masyarakat dengan aksi nekat.
Menurutnya, sikap polisi yang represif dalam mengatasi masalah, terutama terorisme, ternyata menimbulkan dendam trsendiri bagi sebagian masyarakat terhadap aparat.
Pada 29 Desember 2012, misalnya, lima dari 15 warga Poso yang dibebaskan polisi mengalami lebam-lebam karena dianiaya saat menjalani pemeriksaan selama tujuh hari pascapenembakan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah.
Selain itu, adanya provokasi dari kelompok-kelompok radikal yang masih bercokol di Poso membuat kelompok bersenjata semakin berani dan nekat dalam menebar teror.
"Itu terbukti adanya beberapa anggota polisi yang diculik dan dibunuh," katanya.
Neta juga menduga kelopmpok sipil bersenjata di Kabupaten jumlahnya semakin meningkat.
Secara umum IPW mengaku prihatin atas aksi bom bunuh diri yang terjadi di Polres Poso yang menewaskan pelakunya sendiri.
Lebih jauh, Neta mengatakan aksi tersebut bisa dilihat dari dua sisi, yakni jangka pendek dan jangka panjang.
Dari jangka pendek, aksi itu berkaitan dengan kelompok tertentu yang ingin mencari perhatian dengan menyerang fasilitas Polri meski akhirnya gagal.
Dari sisi jangka panjang, kejadian tersebut adalah bagian dari mata rantai radikalisme atau hal berpotensi terorisme.
Neta mengatakan konflik di Kabupaten Poso tidak lagi antarwarga tapi melebar menjadi warga tertentu melawan polisi.
"Itu menunjukkan radikalisme di daerah tersebut semakin tinggi," katanya.
Apalagi jaringan kelompok radikali di Poso dan Solo masih terangkai sehingga muncul kader-kader baru.
"Mata rantai inilah yang harus diputus agar radikalisme di Poso bisa dihentikan," ujar Neta.
Sementara kinerja intelijen dinilai juga belum maksimal untuk mendeteksi potensi dan kekuatan kelompok-kelompok radikal di Kabupaetn Poso.
"Inilah yang dikeluhkan banyak pihak sebab kelompok-kelompok ini selalu melihat peluang untuk menebar teror," katanya.
Pewarta: Riski Maruto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
Bagi yg kurang paham ini saya kasih sedikit pengertian;
1,Agama terlalu di Potisir,intinya orang bodoh di setir dibelokkan sana -sini.
2,Agama di petak-petakan dengan Ras dan suku.
3,Peraturan yg tak berfungsi tetap diterapkan spt,KTP harus tercantum agama.
Semuanya diberi Label kalau label barat kristen ,kalau label timur tengah islam,hal sperti inilah yg lama-lama membuat rasa kesatuan kita hilang.