"Meski tubuh pelaku hancur dan kendaraannya rusak, bangunan di sekitar tidak terkena dampaknya," kata Soemarno kepada wartawan di Palu, Senin.
Dia mengatakan bahwa bom tersebut memang mematikan jika terdapat orang yang berjarak sekitar 2 meter dari sumber ledakan.
Sementara itu, lokasi bangunan di sekitar ledakan bom tetap utuh seperti semula, tidak retakan kaca, atau dinding rusak.
Meski demikian, kata dia, hingga saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan.
Polisi sendiri telah mengumpulkan serpihan material bom dan kendaraan milik pelaku yang hancur di halaman Mapolres Poso.
Dia mengakui bahwa polisi kesulitan mengidentifikasi pelaku ledakan bom bunuh diri yang terjadi sekitar pukul 07.55 WITA itu.
"Tubuh dan wajah pelaku hancur sehingga susah sekali dikenali," katanya.
Sementara itu, potongan-potongan jenazah korban juga sudah dikumpulkan untuk proses autopsi.
"Akan tetapi, semua itu tergantung tim dari Mabes Polri apakah jenazah akan diperiksa di Poso atau di Palu," katanya.
Kabupaten Poso sendiri berjarak 220 kilometer dari Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Pelaku bom bunuh diri itu berjenis kelamin laki-laki dan berumur sekitar 24--35 tahun.
Beberapa saat setelah insiden bom bunuh diri, polisi meningkatkan pengamanan dengan melakukan razia di sejumlah daerah perbatasan.
Soemarno mengatakan bahwa peningkatan pengamanan itu untuk mengantisipasi adanya pelaku teror yang masih berkeliaran di Kabupaten Poso.
Peningkatan keamanan juga dilakukan di sejumlah kantor Polres dan Polda Sulawesi Tengah. "Kita tetap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi," katanya.
Sejumlah pihak juga mengecam aksi bom bunuh diri tersebut, termasuk Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola yang meminta aparat keamanan mengusut tuntas kasus itu.
Pewarta: Riski Maruto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013