KAA di Bandung 58 tahun silam itu selalu dikenang bangsa Aljazair terkait dengan perjuangan kemerdekaan negara kami.

Kairo (ANTARA News) - Aljazair mengenang Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955 sebagai tonggak baru sejarah dalam perjuangan meraih kemerdekaan dari jajahan kolonial.

"KAA di Bandung 58 tahun silam itu selalu dikenang bangsa Aljazair terkait dengan perjuangan kemerdekaan negara kami," kata Duta Besar pertama Aljazair untuk Indonesia, Demanglatrus, dalam seminar memperingati 50 tahun hubungan diplomatik RI-Aljazair di Alger.

"Ketika KAA diselenggarakan, Aljazair masih dalam cengkraman kolonial Prancis, tapi delegasi dari para pejuang kemerdekaan Aljazair menghadiri KAA atas undangan Presiden Soekarno," kata Dubes Demanglatrus, seperti dikutip siaran pers KBRI Aljazair, Senin.

Seminar sehari tersebut menghadirkan kalangan tokoh dari kedua negara termasuk mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, Febrian A Ruddyard, di samping Dubes RI untuk Aljazair, Ni`am Salim, yang berlangsung di Aula Gedung Arsip Nasional Aljazair, Minggu.

Sebagai saksi sejarah selaku duta besar pertama Aljazair di Jakarta, Demanglatrus mengakui bahwa peran Indonesia sangat besar dalam revolusi kemerdekaan Aljazair. Aljazair memproklamasikan kemerdekaannya dari jajahan Prancis pada 5 Juli 1962.

Direktur Timur Tengah Kemlu RI, Febrian A Ruddyard dalam seminar itu mengatakan kedua bangsa aktif dalam menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.


Soft diplomacy

Febrian menyinggung perlunya penguatan "soft diplomacy" antarkedua negara dengan melibatkan unsur masyarakat.

Pernyataan Febrian itu diamini mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi.

"Perlunya peran organisasi sosial kemasyarakatan yang kuat dalam membantu memperkuat hubungan kedua bangsa agar lebih terasa di masyarakat," ujar Muzadi yang juga Presiden International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu.

Muzadi memaparkan, "untuk konteks Indonesia, NU siap membantu memperkuat hubungan ini. Model NU di Indonesia bisa ditiru oleh Aljazair sebagai upaya untuk menciptakan kesadaran nasional membangun bangsa".

Menurut Muzadi, dengan menciptakan ruang-ruang yang kondusif bagi masyarakat untuk berkumpul itulah, ide-ide kreatif akan muncul dan bisa berkontribusi untuk pembangunan bangsa.

Sementara itu, Dubes Ni`am Salim berharap kedua bangsa membuat paradigma baru dalam menjaga dan mengawal hubungan yang sudah berumur 50 tahun ini.

Paradigma itu adalah kerangka diplomatik yang tidak sekedar berbasis kepada kebutuhan pragmatis, tetapi juga mengikat diri pada visi yang menjangkau masa depan.

"Visi itu misalnya menciptakan iklim internasional yang lebih mensejahterakan, damai dan berkeadilan," paparnya.

Pewarta: Munawar Saman Makyanie
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013