Kendaraan yang berisi peledak itu dikemudikan oleh seorang penyerang bom bunuh diri Al Qaida."
Aden (ANTARA News) - Militer Yaman hari Minggu menggagalkan upaya penyerang bunuh diri Al Qaida untuk meledakkan pipa saluran strategis yang mengalirkan gas dari ladang-ladang pusat ke terminal laut selatan, kata seorang pejabat.
Pasukan menembaki sebuah kendaraan yang melaju ke arah stasiun pemompaan gas sekitar 80 kilometer sebelah baratlaut terminal ekspor Belhaf di Teluk Aden, menewaskan supirnya, kata pejabat militer itu, lapor AFP.
"Kendaraan yang berisi peledak itu dikemudikan oleh seorang penyerang bom bunuh diri Al Qaida," katanya.
Orang-orang bersenjata juga terlibat dalam tembak-menembak dengan pasukan di dekat stasiun pemompaan lain 10 kilometer ke arah utara, tambah pejabat itu tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai korban.
"Militan Al Qaida ingin melancarkan serangan-serangan ini secara serentak untuk menyabotase pipa saluran dan menghentikan pemompaan gas," kata pejabat itu, anggota dari brigade yang bertanggung jawab melindungi instalasi-instalasi vital semacam itu di kawasan tersebut.
Serangan berulang kali terhadap pipa-pipa saluran yang mengaliri terminal Belhaf telah membuat ekspor terhenti selama beberapa pekan.
Serangan-serangan itu, yang dituduhkan pada orang suku dan gerilyawan Al Qaida, semakin sering terjadi setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah.
Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.
Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013