Pekalongan (ANTARA News) - Indonesia mengutuk aksi pemboman di Mumbay, India, yang menewaskan 190 orang dan melukai lebih dari 600 lainnya. Sementara itu, pemerintah Indonesia hingga kini belum memastikan ada atau tidaknya korban dari warga negara Indonesia dalam peristiwa itu. "Pemerintah dan rakyat Indonesia terkejut dengan peristiwa mengerikan aksi pemboman terhadap sejumlah gerbong kereta api di Mumbay. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia mengutuk sekeras-kerasnya aksi terorisme itu," kata juru bicara Deplu RI, Desra Percaya, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu. Desra menekankan bahwa pemerintah Indonesia menentang aksi terorisme dan mengharapkan agar mereka yang melakukan tindakan keji itu bisa segera ditangkap dan diadili. Indonesia juga menyampaikan bela sungkawa dan simpati kepada pemerintah dan rakyat India. "Dan kepada keluarga korban kita berharap agar mereka yang terluka bisa segera sembuh," kata Desra. Jubir Deplu itu mengatakan bahwa hingga sejauh ini belum diketahui apakah ada WNI yang turut menjadi korban dalam peristiwa itu. "Namun Deplu sudah memerintahkan kantor perwakilan Indonesia di Bombay untuk terus memonitor dan melakukan koordinasi dengan aparat setempat," katanya. Sebelumnya telah terjadi ledakan bom menewaskan sedikitnya 190 orang dan melukai 600 warga lainnya di beberapa stasiun, yakni Mahim, Bandra, Matunga, Borivili, Jalan Mira, Jogeshwari dan Khar, serta kereta yang dipadati penumpang di Mumbai antara pukul 12:30 GMT (19:30 WIB) dan 14:00 GMT (21:00 WIB). Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut, tapi kecurigaan tampaknya tertuju pada gerilyawan yang memerangi kekuasaan New Delhi di daerah sengketa Kashmir, yang telah dituduh melakukan serangan bom di India pada waktu lalu. Mumbai, kota metropolitan dengan sebanyak 17 juta warga yang sebelumnya dikenal dengan nama Bombay, telah beberapa kali menghadapi serangan bom dalam dasawarsa terakhir. Lebih dari 250 orang tewas dalam serangkaian ledakan bom di kota itu pada 1993. Pemerintah menuduh kelompok bawah tanah sebagai pelakunya. Serangan tersebut terjadi menyusul penghancuran satu tempat ibadah pemeluk agama lain di kota suci umat Hindu, Ayodhya. (*)

Copyright © ANTARA 2006