Makassar (ANTARA) - Peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, Maria Kristin Yulianti, mengaku semakin menikmati profesinya sebagai pelatih setelah memutuskan gantung raket karena cedera lutut sebelah kanan yang berkepanjangan.

"Seru sih, saya senang berbagi pengalaman. Jadi lagi menikmati saja sambil masih belajar karena menjadi pelatih itu tantangannya beda," kata Maria ditemui di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.

Menurut Maria, tantangan menjadi pelatih adalah harus menghadapi banyak orang dengan karakter yang berbeda. Ia juga mengaku kerap merasa gemas sendiri ketika mendampingi anak didiknya bertanding.

"Kadang melihat mereka main masih suka gemas sendiri, harusnya mereka begini harusnya begitu. Kalau mereka kalah, saya juga kepikiran. Dulu sewaktu masih jadi atlet lebih gampang, mikir diri sendiri saja," ujar Maria yang juga meraih medali emas SEA Games 2007 itu.

Sebagai asisten pelatih di PB Djarum yang menangani atlet dibawah usia 15 tahun, Maria mengaku jarang memarahi anak didiknya.

"Kalau kebangetan ya saya ngomongnya agak `menusuk` sedikit. Anak sekarang tidak bisa diomelin, suka protes," kata Maria seraya tertawa.

Setelah sukses menjadi atlet yang mendunia, kini mantan tunggal putri kebanggaan Indonesia itu ingin fokus menjadi pelatih yang baik.

"Kepuasaannya kalau sudah ada anak didik kita yang menunjukkan kemajuan," jelas Maria yang memiliki 13 anak didik nomor tunggal putri.

Ia menambahkan, sektor tunggal putri Indonesia masih memiliki bibit-bibit unggul menyusul prestasi tunggal putri yang kini sedang merosot.

"Masih banyak bibit unggul tetapi tergantung apakah mereka bisa bertahan sampai besar nanti atau tidak," tuturnya.

Maria memutuskan mengundurkan diri sebagai pemain pada Oktober 2012 setelah cedera lutut sebelah kanan yang dideritanya sejak tahun 2004 tak kunjung sembuh.

Padahal, ia telah mencoba berbagai penyembuhan sembari terus latihan namun ternyata cideranya semakin sakit.

Sebelumnya, perempuan berusia 27 tahun itu telah mundur dari pelatnas sejak awal Januari 2011. Prestasi terakhir yang dicapai Maria adalah menjadi runner up Russian White Nights Challenge 2011.

Hingga kini, cedera lututnya juga belum benar-benar sembuh.

"Lutut masih sakit, belum benar-benar sembuh. Karena katanya, bantalannya harus diganti," kata Maria yng pernah mengantarkan tim Uber Indonesia melangkag ke semifinal 2010 itu.

Pewarta: Monalisa
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013