Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan gaya hidup masa kini dengan sederet tuntutan yang harus dipenuhi telah menggeser kebiasaan sarapan masyarakat yang berakibat pada bertambahnya jumlah penderita anemia dari waktu ke waktu.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas Kemenkes) Maria Endang Sumiwi mengatakan banyak anak dan remaja yang kekurangan sel darah merah atau hemoglobin dan akhirnya mengalami anemia karena kerap kali melewatkan aktivitas sarapan.

Pasalnya, produksi sel darah merah individu sangat bergantung pada seberapa banyak zat gizi yang masuk ke dalam tubuh yang tentu akan berkurang jumlahnya bila melewatkan aktivitas sarapan.

"Kami melakukan survei ke murid-murid sekolah, ternyata banyak yang hanya makan dua kali saja sehari, tidak sarapan karena katanya tidak sempat atau juga tidak biasa, bahkan ada yang hanya makan satu kali sehari kalau lapar saja," kata Dirjen Kesmas Kemenkes Maria Endang Sumiwi di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan pergeseran kebiasaan sarapan tersebut juga tidak jarang bermula dari keluarga yang tidak membiasakan atau bahkan tidak sempat menyiapkan sarapan di rumah masing-masing.

Baca juga: Pemenuhan gizi seimbang dimulai dari sarapan

Menurut Maria, kebutuhan yang kian banyak hari ini membuat keluarga menjadi abai terhadap pemenuhan kebutuhan makan tiga kali sehari pada anak.

"Kami tanya mengapa tidak sarapan, jawabannya karena orang tua tidak sempat menyiapkan padahal makan itu kan termasuk kebutuhan pokok yang artinya tidak bisa ditawar," ujar Maria.

Lebih parah lagi, lanjut Maria, anak dan remaja yang melewatkan aktivitas sarapan tersebut seringkali hanya mengonsumsi makanan dan minuman yang rendah gizi karena dirasa lebih enak dan praktis.

Oleh karena itu, ia menyarankan edukasi dan literasi terkait pola makan serta asupan gizi sebagai bagian dari gaya hidup masa kini perlu semakin digalakkan untuk mencegah bertambahnya jumlah anak dan remaja yang mengalami gangguan kesehatan maupun gangguan pertumbuhan dan perkembangan (stunting).

Baca juga: Kemenkes: Gizi buruk pengaruhi jumlah penderita anemia di Indonesia
Baca juga: Ahli nilai pengenalan pangan lokal pada masyarakat perlu digencarkan

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023