Pengumuman inflasi periode Mei 2013 akan mewarnai aksi pelaku pasar saham domestik,"
Jakarta (ANTARA News) - Analis pasar modal memprediksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan depan (Senin, 3/6) cenderung melemah.
Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa pergerakan indeks BEI diproyeksikan bergerak berfluktuasi dengan kecenderungan melemah seiring dengan akan diumumkannya inflasi periode Mei 2013 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
"Pengumuman inflasi periode Mei 2013 akan mewarnai aksi pelaku pasar saham domestik," ujarnya.
Ia mengutarakan bahwa masih berlarutnya masalah kebijakan bahan bakar minyak (BBM) subsidi juga masih memberikan dampak negatif bagi pasar saham di dalam negeri.
"Diperkirakan IHSG BEI akan bergerak di kisaran 5.025--5.090 poin pada awal pekan depan (3/6)," paparnya.
Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan bahwa relatif cukup besarnya jumlah investor asing yang melakukan aksi jual saham pada pekan ini mengimplikasikan tidak terlalu optimistis menghadapi pasar saham dalam beberapa waktu ke depan.
Meski demikian, lanjut dia, kembali menguatnya bursa AS dan Eropa, sedikitnya akan memberikan stabilisasi atas bursa saham Indonesia.
"Perlu dicermati adalah melemahnya rupiah atas dolar AS dan lepas saham asing selama pekan ini," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama BEI Ito Warsito mengaku bahwa pihaknya tidak khawatir terhadap keluarnya dana investor asing dari pasar modal Indonesia dalam beberapa hari terakhir dikarenakan pasar modal Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi investor.
"Pertumbuhan emiten domestik masih menjadi salah satu daya tarik bagi investor asing dalam berinvestasi. BEI masih optimistis pasar modal Indonesia akan tetap menarik bagi investor asing," ujar dia.
(KR-ZMF/D007)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
"Kenaikan bahan bakar minyak jenis solar akan menyulitkan ribuan nelayan di daerah Pantura, karena biaya melaut semakin tinggi dan tidak akan sebanding dengan hasil tangkapan mereka," kata Wartono salah seorang nelayan di Cirebon, Jumat (31/5).
Dikatakan Wartono, biaya melaut untuk nelayan tradisional ukuran perahu sederhana saat inimencapai Rp 600 ribu, patokan harga bahan bakar minyak jenis solar Rp 4.500 per liter jika harga BBM tersebut naik nelayan terpaksa harus menambah biaya melaut sekitar Rp 100 ribu.
"Hasil tangkapan nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Subang, sering terhambat dan masih musiman, sulit diandalkan selain itu modal melaut sudah tidak sebanding," katanya.
Karyono nelayan lain di Indramayu mengaku, kenaikan bahan bakar minyak jenis solar akan semakin memberatkan para nelayan tradisional, karena ongkos melaut bertambah, sedangkan hasil tangkapan terus menurun. Terbatasnya jangkauan mencari ikan bagi nelayan tradisional Kabupaten Indramayu, Cirebon, Subang karena perahu mereka ukurannya kecil sehingga sulit melaut hingga samudra.
Sementara itu, Manajer Tempat Pelelangan Ikan Glayem Kabupaten Indramayu Dedy Aryanto mengatakan, kenaikan harga BBM akan menambah beban bagi ribuan nelayan di daerah Pantura Kabupaten Indramayu.
Mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk melaut dan membeli barang kebutuhan pokok yang harganya juga akan naik. Dedy menjelaskan, dengan harga solar Rp 4.500 per liter nelayan tradisional dengan perahu sederhana ukuran 4x6 meter membutuhkan modal sekitar Rp 500 ribu. Padahal hasil tangkapan semakin berkurang.
"Kalau harga BBM naik biaya melaut bisa naik jadi Rp 750 ribu. Dan kalau cuaca buruk, hasil tangkapan sedikit, mereka rugi," ujar Dedy.