Palu (ANTARA) - Tokoh Islam Moderat Sulawesi Tengah Profesor Sagaf S Pettalongi mengajak umat beragama di provinsi itu untuk mencegah penyebaran informasi hoaks demi mewujudkan stabilitas pemilihan umum 2024 yang berlangsung secara aman, damai dan tentram.
"Tokoh - tokoh agama memiliki peran strategis dan penting dalam membina masyarakat/umat beragama, untuk tidak menyebarluaskan informasi - informasi yang tidak jelas sumbernya, dan informasi yang mengandung provokasi bernuansa SARA," ucap Sagaf S Pettalongi, dihubungi dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin.
Pernyataan Tokoh Islam Moderat Sulteng Profesor Sagaf Pettalongi seiring dengan banyaknya konten dan informasi hoaks berkaitan momentum pemilihan umum, yang disebarkan oleh pihak - pihak tertentu.
Pada Pemilu 2019, Kementerian Kominfo mencatat lebih dari 928 isu hoaks yang beredar. Pada periode Januari 2023 hingga September 2023, telah terdeteksi 152 isu hoaks, meningkat dari 51 isu hoaks di tahun 2022.
Sehingga total isu hoaks sejak 2018 sampai 19 September 2023 sebanyak 1.471 isu hoaks.
Profesor Sagaf yang juga sebagai Guru Besar sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu mengemukakan, pentingnya partisipasi yang sehat dan bermoral dalam proses demokrasi.
"Semua pihak perlu untuk menciptakan ruang digital yang sehat agar Pemilu damai 2024 bisa menjadi pesta rakyat yang membanggakan," imbuhnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan kebencian, baik kepada seseorang ataupun kepada kelompok - kelompok tertentu, lewat media sosial.
"Gunakanlah media sosial untuk hal - hal positif, hal - hal yang dapat menambah penguatan kapasitas pada aspek intelektual, jejaring sosial/kemitraan dan promosi usaha atau sosialisasi kegiatan," ujar Profesor Sagaf.
Penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian dan provokasi, hanya akan membuat kegaduhan dan memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat yang telah terbangun.
"Apalagi menjelang pelaksanaan pemilihan umum, ini harus diwaspadai bersama oleh semua pihak, diikutkan dengan menangkal hoaks, ujaran kebencian dan provokasi," imbuhnya.
Di samping Informasi hoaks dan ujaran kebencian dapat, kata dia, dapat mengganggu jalannya tahapan pemilu. Maka dari itu keikutsertaan masyarakat dan tokoh agama sangat dibutuhkan dalam menangkal hoaks dan ujaran kebencian.
Ia menambahkan pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin secara demokratis sehingga harus terlaksana dengan damai dan penuh martabat.
"Maka, dibutuhkan sikap yang bijak dalam menggunakan media sosial," ungkapnya.
Baca juga: KPU imbau masyarakat tak terprovokasi hoaks jelang pendaftaran capres
Baca juga: Bawaslu-Polda DIY awasi hoaks dan ujaran kebencian jelang Pemilu 2024
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023