Kuta (ANTARA News) - Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) mengusulkan agar industri kreatif spa dan kuliner khas Indonesia dipatenkan agar tidak mudah diakui oleh negara lain sebagai daya tarik wisata.
"Spa merupakan turunan dari zaman nenek moyang kita seperti luluran adalah milik Indonesia. Selain itu juga kuliner seperti rendang yang pernah dinobatkan sebagai makanan paling enak," kata Ketua BPPI Yanti Sukamdani di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut dia, spa merupakan salah satu industri kreatif yang banyak digemari para wisatawan tatkala mereka berkunjung ke suatu destinasi wisata.
Dia mengungkapkan bahwa, Indonesia memiliki beberapa jenis spa yang dikenal di mancanegara di antaranya spa lulur khas Jawa dan spa herbal dari Pulau Dewata.
Selain spa, makanan khas Padang, Sumatera Barat yakni rendang juga potensial untuk dipatenkan mengingat makanan itu sempat dinobatkan sebagai makanan paling enak dalam sebuah jajak pendapat di sebuah stasiun televisi Amerika Serikat, CNN.
Wisata kebugaran seperti spa dan wisata kuliner merupakan pelengkap yang paling dicari saat ini dalam dunia pariwisata karena memiliki ciri khas suatu tujuan wisata.
Untuk itu pihaknya berharap agar pemerintah mengusulkan kepada badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya atau UNESCO untuk bisa mempatenkan industri kreatif itu.
Selama ini, lanjut Yanti, baru batik, wayang, dan keris yang sudah dipatenkan oleh UNESCO sebagai asli milik Indonesia.
Dengan adanya hak paten milik Indonesia itu, Yanti yakin akan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia karena mereka akan mencari daya tarik industri kreatif asli Tanah Air.
Sementara itu terkait promosi pariwisata, pihaknya saat ini berencana mengembangkan "virtual marketing" yang akan ditingkatkan sehingga wisatawan bisa memperoleh informasi melalui teknologi informasi internet.
"Promosi melalui internet sekarang merupakan pilihan yang tren di kalangan masyarakat karena lebih mudah dan bisa pilih sendiri," katanya.
Pewarta: Dewa K. Sudiarta Wiguna
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013