Semua perjanjian dengan Rusia akan dihormati dan beberapa sudah (diwujudkan, red) baru-baru ini."
Beirut (ANTARA News) - Rusia telah mengirimkan peluru kendali pertahanan udara seperti yang telah dijanjikan kepada Suriah, demikian disiratkan oleh Presiden Bashar al-Assad dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis ini.
Pengiriman persenjataan itu merupakan langkah untuk mencegah adanya campur tangan asing dalam konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama lebih dari dua tahun, lapor AFP.
Rusia, negara yang merupakan sekutu pemerintahan Assad paling kuat, pada minggu ini mengumumkan bahwa pihaknya berkeinginan untuk menghormati kontrak yang telah dibuat, yaitu memberikan pasokan peluru-peluru kendali S-300 canggih kepada Suriah.
Kelompok oposisi Koalisi Nasional, yang sedang mengadakan pertemuan di Istanbul, mengatakan pihaknya tidak akan mengambil bagian dalam prakarsa perdamaian AS-Rusia -- yang disebut sebagai Jenewa II -- "sejauh milisi-milisi Iran dan Hizbullah terus melancarkan invasi mereka".
Pernyataan itu muncul saat permintaan diajukan Koalisi Nasional untuk penyelamatan bagi 1.000 warga yang mengalami luka-luka di Qusayr.
Qusayr adalah kota tempat pasukan elit pemerintah -- yang mendapat dukungan dari para pejuang gerakan Syiah Lebanon, Hisbullah, sedang berperang untuk merebut kembali kota tersebut dari para pemberontak.
Wawancara dengan Assad itu dijadwalkan akan disiarkan di Al-Manar, stasiun televisi Hisbullah --sekutu terdekat Suriah di kawasan bersama-sama dengan Iran yang dikuasai Syiah, pada Kamis pukul 23.00 WIB.
Dalam wawancara tersebut, Assad --yang merupakan anggota cabang Islam Syiah, Alawite-- secara tersirat mengakui bahwa Rusia sudah mengirimkan beberapa peluru kendali S-300 yang dijanjikan.
Al-Manar mengatakan bahwa ketika ditanya tentang pengiriman peluru kendali dari-darat-ke-udara, Assad menjawab: "Semua perjanjian dengan Rusia akan dihormati dan beberapa sudah (diwujudkan, red) baru-baru ini."
Moskow belum mengeluarkan pernyataan yang membenarkan bahwa pihaknya memang telah mengirimkan rudal-rudal S-300 ke Suriah.
Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon pada Selasa mengatakan negaranya "akan tahu apa yang akan dilakukan" jika pengiriman rudal memang terjadi.
Namun pada Kamis lalu, menteri lainnya menyiratkan bahwa Israel hanya akan bertindak dalam posisi untuk mencegah rudak-rudal tersebut digunakan terhadap Israel.
"Masalah muncul ketika persenjataan ini jatuh ke tangan lain dan bisa digunakan terhadap kita. Dalam kasus tersebut, kita akan mengambil tindakan," kata Menteri Energi dan Pengairan Silvan Shalom.
Israel telah melancarkan sejumlah serangan udara di dalam wilayah Suriah tahun ini, yang dilaporkan menyasar iring-iringan yang membawa persenjataan kepada musuhnya, Hisbullah, di Lebanon.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan hari Kamis bahwa Israel dikepung oleh "puluhan ribu peluru kendali dan roket yang bisa mengenai wilayah kita".
Rusia membela pengiriman senjata ke Suriah itu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Arusia, Sergei Ryabkov, mengatakan bahwa rudal-rudal itu merupakan "faktor penjaga stabilitas" yang bisa mencegah campur tangan asing.
Rudal S-300 memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat serta peluru kendali dan mempunyai kesamaan dengan Patriot, yaitu peluru kendali yang dikerahkan NATO di perbatasan Turki dengan Suriah.
Bulan ini, koran The Wall Street Journal melaporkan Israel telah mengingatkan Amerika Serikat bahwa rencana Rusia untuk menjual rudal-rudal itu akan mempersulit intervensi bagi penyelesaian konflik di Suriah --yang telah menewaskan lebih dari 94.000 orang sejak Maret 2011. (T008/M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013