Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lubuklinggau merilis buku “Batik Durian Lubuklinggau” di Jakarta, Minggu, untuk memperkaya khazanah batik Nusantara.
“Buku ini semoga bisa jadi awal untuk mengenalkan dan membuka mata agar publik dapat memahami keberadaan batik durian Lubuklinggau di antara batik-batik nusantara," ujar Ketua TP-PKK dan Dekranasda Lubuklinggau, Yetti Oktarina.
Seperti namanya, buku berjenis coffee table book itu menceritakan satu dekade perjalanan Batik bermotif durian yang kini menjadi ciri khas kota paling barat dari provinsi Sumatera Selatan, Lubuklinggau.
Baca juga: JYK padukan nuansa punk dan Batik Durian di Milan Fashion Week 2021
Terdiri atas 13 bab, buku ini diharapkan tidak hanya membuat pembaca mengenal lebih dalam tentang Batik Durian Lubuklinggau, namun juga turut bangga akan batik nusantara yang semakin kaya dan beragam, termasuk kisah di baliknya.
Pada kesempatan yang sama, penulis buku Rai Rahman Indra mengatakan bahwa buku ini diluncurkan tidak hanya sekadar mengenalkan wastra yang tergolong baru di antara batik khas daerah lainnya, namun juga menjadi literasi terhadap kekayaan intelektual milik Indonesia.
“Batik diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Indonesia, namun hingga saat ini kalau kita cari buku tentang batik, itu sangat sedikit sekali, kita bangga dengan batik tapi kita tidak punya literasi tentang batik yang cukup,” kata Rai.
Baca juga: Wabup Biak: Batik Papua bagian identitas budaya Nusantara
“Semoga buku ini bisa menjadi penggugah bagi setiap daerah yang memiliki batik untuk melakukan hal serupa,” ujar mantan jurnalis tersebut menambahkan.
Meski baru berumur 10 tahun, Batik Durian Lubuklinggau cukup banyak digemari berbagai kalangan, kepopulerannya pun melesat begitu cepat hingga taraf dunia.
Batik Durian berhasil menebarkan pesonanya di Milan Fashion Week 2021 dan 2022 di Milan, Italia. Di ajang fesyen bergengsi dunia itu, jenama busana lokal, JYK, memanfaatkan batik durian untuk dijadikan koleksi bertema “Revolutionary Hope” bergaya punk untuk menjamah pasar generasi muda.
“Sejak Milan Fashion Week pesanan melonjak hingga lebih dari 1.500 lembar, tidak hanya orang Indonesia, tapi juga masyarakat dunia menyukainya,” jelas Yetti.
Baca juga: Promosikan produk nusantara, Indonesia ikuti bazar ALFS 2023
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023