"Krisis yang terjadi harus segera ditangani sebab kalau dibiarkan dapat memberikan dampak signifikan bagi keberlangsungan bisnis perusahaan," kata Rangga dalam seminar bertajuk "How Corpcomm Handle Internal Communication Crisis" seperti dikutip dalam siaran pers, Minggu.
Seminar diselenggarakan atas kerja sama
perusahaan ekspedisi SiCepat Ekspres dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMIK) Universitas Indonesia di Auditorium Gedung Mochtar Riady, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.
Rangga mengatakan cepat atau lambat krisis komunikasi internal perusahaan pasti akan terjadi sehingga sudah menjadi kewajiban praktisi humas untuk bisa menyelesaikannya.
Rangga juga membagikan perspektif dan pengalamannya sebagai praktisi humas dalam hal penanganan krisis komunikasi internal dalam sebuah organisasi/perusahaan.
Baca juga: Menkominfo minta PR dukung program pemilu damai dan pemindahan IKN
Dihadiri oleh lebih dari 50 mahasiswa Ilmu Komunikasi, Rangga menyampaikan kepada peserta untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia kerja.
‘’Kami ingin memberikan perspektif dan berbagi pengalaman khususnya berkaitan dengan bagaimana peranan humas, dalam menangani sebuah krisis komunikasi internal perusahaan berdasarkan apa yang dialami secara nyata oleh perusahaan," kata Rangga.
Rangga berharap mahasiswa dapat mengetahui bagaimana krisis dan cara menanganinya secara teori maupun implementasinya di dunia kerja.
"Sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dan meningkatkan sensitivitas untuk dapat mengenali ciri krisis itu sendiri dan menyelesaikan ketika di masa depan bekerja sebagai seorang praktisi humas," kata Rangga.
Rangga menyebutkan, dalam implementasi penanganan krisis komunikasi internal perusahaan terdapat empat tahapan penting yang harus dilakukan. Yaitu analisis, perencanaan, implementasi dan pengukuran.
‘’Keempat tahapan ini sangat penting kita lakukan untuk dapat menyelesaikan krisis dengan baik," katanya.
Baca juga: Pakar ungkap tantangan humas di era kecerdasan buatan
Pertama, perlu menganalisis krisis tersebut dengan memerhatikan 5W1H sehingga sebagai seorang humas betul-betul mengetahui sebab dari terjadinya krisis tersebut.
Setelah itu, perencanaan menjadi hal yang penting agar program yang dibuat dapat diimplementasikan tepat sasaran, efektif dan efisien.
Terakhir, perlu adanya pengukuran agar dapat mengevaluasi apakah penyelesaian krisis yang dilakukan sudah efektif dan tepat sasaran.
Rangga berharap mahasiswa dapat mengenali berbagai tanda-tanda awal krisis komunikasi dan dapat melatih sensitivitas untuk dapat mengidentifikasi, melakukan perencanaan untuk merespon krisis dan menyelesaikan krisis sesuai dengan kode etik kehumasan.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta juara umum penghargaan kehumasan Indonesia
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023