Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut ulama pendiri Nahdlatul Ulama KH Abdul Wahab Chasbullah atau Mbah Wahab sebagai ahli penggerak perubahan dan pencetus solusi kebangsaan.
Hal itu disampaikan Wapres saat menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Ke-52 KH Abdul Wahab Chasbullah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu.
"Saya melihat Mbah Wahab itu sebagai seorang yang faqihun, muharriqun, munafzimun, mutawarri’un, artinya beliau itu seorang fakih, seseorang yang mengerti hukum Islam, bukan hanya masalah-masalah ibadah, tetapi menyelesaikan persoalan bangsa dan negara,” kata Wapres dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Hal ini, menurut Wapres, salah satunya dibuktikan saat terjadi kemelut di era awal kemerdekaan, di mana saat itu Bung Karno dipersoalkan keabsahannya sebagai Presiden oleh banyak pihak karena tidak dipilih langsung oleh rakyat.
Kala itu, Mbah Wahab dengan para ulama berdiri tegak dengan keyakinan bahwa Bung Karno adalah Presiden Republik Indonesia yang sah.
“Kalau Presiden tidak sah, Menteri Agama tidak sah, kalau Menteri Agama tidak sah maka Kepala KUA tidak sah, kalau Kepala KUA tidak sah maka ketika menikahkan pasangan suami-istri tidak sah yang berarti mereka akan melahirkan anak di luar nikah semua,” terang Wapres.
Oleh karena itu, sambungnya, Mbah Wahab dan para ulama sepakat bahwa Bung Karno harus sah sebagai presiden. Meskipun tidak dipilih langsung oleh rakyat, Bung Karno secara fiqih dianggap memiliki syarat untuk menjadi Presiden karena memegang kekuasaan dalam keadaan darurat.
“Maka ditetapkanlah Bung Karno sebagai Presiden yang sah karena beliau adalah waliyul amri dhoruri bissyaukah (pemimpin dalam keadaan darurat),” tegas Wapres.
Hal inilah, kata Wapres, yang mengokohkan Mbah Wahab sebagai pencetus solusi kebangsaan dan kenegaraan. Karena kedalaman ilmu fikihnya, sehingga ia dapat mengubah dalil keagamaan menjadi solusi masalah kebangsaan.
“Kalau beliau bukan ahli fikih, tentu tidak bisa memutuskan hal itu,” ujarnya.
Selain itu, Wapres menuturkan Mbah Wahab merupakan seorang penggerak. Saat itu, menurutnya, Mbah Wahab berani membuat forum diskusi yang bernama Taswirul Afkar.
“Beliau itu ulama muda yang memiliki kreativitas tinggi sekali sehingga melahirkan Nahdlatul Wathan, seseorang yang menggerakkan kebangkitan Tanah Air,” katanya.
Baca juga: Wapres minta Unwaha hadirkan ekosistem belajar kreatif-inovatif
Baca juga: Sejarawan sebut KH Wahab Chasbullah miliki kedekatan dengan Bung Karno
Gerakan ini, sambung Wapres, menjadi cikal bakal munculnya gerakan nasional yang di dalamnya terdapat prinsip “hubbul wathan minal iman” atau cinta Tanah Air adalah bagian dari iman. Prinsip ini oleh Mbah Wahab diwujudkan dalam gubahan lagu “Ya Lal Wathan”.
“Di Taswirul Afkar itulah lahir gerakan sehingga saya sampaikan Mbah Wahab adalah penggerak gerakan cinta Tanah Air (hubbul wathan),” ucapnya.
Bahkan hingga saat ini, menurut Wapres, hubbul wathan dalam hal ini menjaga Tanah Air telah menjadi bagian dari prinsip besar dalam menjalankan syariah (maqashid syariah).
Karena dengan menjaga Tanah Air, katanya, maka secara otomatis maqashid syariah yang lain seperti menjaga agama, kehidupan, harta, keturunan, keamanan, dan lingkungan akan dapat diwujudkan.
“Tanpa kedamaian, dunia ini tidak akan tenang. Tidak akan terjadi ketenteraman. Seperti sekarang kita lihat masih ada perang Ukraina-Rusia yang berdampak luar biasa secara global, seperti; krisis pangan dan energi, termasuk yang terakhir terjadi perang Israel-Palestina,” ujarnya.
Kemudian, selain menjadi penggerak perjuangan, Wapres menyebutkan bahwa Mbah Wahab termasuk penggerak bangkitnya para pengusaha (nahdlatul tujjar), terutama pengusaha yang bergerak sesuai prinsip syariah.
“Beliau menggerakkan pengusaha-pengusaha karena memang peran pengusaha itu penting. Negara tidak cukup mampu untuk melakukan pembangunan, maka harus ada peran pengusaha,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Wapres turut menceritakan kiprah besar Mbah Wahab bersama KH Hasyim Asy’ari dalam menggerakkan para ulama melalui pendirian Nahdlatul Ulama sebagai organisasi revolusioner yang melakukan perbaikan- perbaikan dalam berbagai bidang.
“Yang diperbaiki tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga kemasyarakatan termasuk ekonomi, pendidikan, budaya, termasuk politik,” ujarnya.
Adapun perwakilan Dzuriyah (keturunan) KH Abdul Wahab Chasbullah, Machfudhoh Aly Ubaid, dalam sambutannya mengajak para penerus Mbah Wahab untuk benar-benar meneladani ajarannya, khususnya dalam mencintai tanah air, seperti yang tercermin dalam syair yang digubah Mbah Wahab dalam lagu “Ya Lal Wathan”.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023