Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Muhammad Jusuf Kalla (JK) meminta penyelenggara pemilu mengantisipasi potensi meningkatkan korban jiwa akibat kelelahan yang dialami petugas dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
“Pemilu Indonesia adalah salah satu yang paling ribet di dunia, jadi yang korban akhirnya panitia pemilu. Tahun lalu sekitar 800 petugas pemilu meninggal karena kelelahan,” kata JK di Jakarta, Sabtu.
Jusuf Kalla mengatakan di tahun 2024, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan pemilu serentak yakni pemilihan DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI, DPD RI, dan presiden-wakil presiden.
"Saya kira ini lebih panjang lagi tahun ini, bayangkan kalau legislatifnya 24 partai rata-rata calonnya 10, sudah 240 nama di depan kita, lalu dikali tiga, ditambah presiden. Pemilihan presiden paling gampang,” ujarnya.
Menurut dia, selain banyaknya calon yang akan dipilih, sistem pemilu yang masih menggunakan cara konvensional juga menjadi faktor rumitnya pekerjaan yang harus dihadapi oleh petugas badan ad hoc.
“Pemilu Indonesia paling ribet dan kuno masih menggunakan paku untuk mencoblos. Hanya dua negara di dunia yang masih mencoblos pakai paku, satunya lagi negara di Afrika,” ujar JK.
Data Bawaslu menunjukkan bahwa Pemilu Serentak 2019 menyebabkan sekitar 894 petugas penyelenggara pemilu atau badan ad hoc meninggal dunia karena beban kerja yang berat, dan 5.175 orang mengalami sakit.
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU RI, tahapan pemilu tidak lama lagi akan memasuki masa pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden yang dijadwalkan dimulai pada 19-25 Oktober 2023.
Kemudian masa kampanye pemilu pada 28 November 2023–10 Februari 2024, masa tenang di tanggal 11–13 Februari 2024.
Sementara pemungutan dan perhitungan suara dijadwalkan pada 14–15 Februari 2024, serta rekapitulasi hasil perhitungan suara 15 Februari—20 Maret 2024.
Baca juga: JK nilai kampanye di kampus sebagai kemajuan demokrasi Pemilu 2024
Baca juga: Gibran maju Pilpres 2024, JK: Kualitas wapres harus setara presiden
Pewarta: Cahya Sari
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023