DPR selalu mau pertumbuhan ekonomi tinggi, namun pemerintah maunya moderat. Faktor apa yang dominan yang membuat pertumbuhan ekonomi dikoreksi drastis,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR Melchias Markus Mekeng mempertanyakan alasan pemerintah memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,6 persen dari 6,8 persen menjadi 6,2 persen dalam asumsi makro RAPBN Perubahan 2013.
"DPR selalu mau pertumbuhan ekonomi tinggi, namun pemerintah maunya moderat. Faktor apa yang dominan yang membuat pertumbuhan ekonomi dikoreksi drastis," kata Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar itu dalam rapat gabungan dengan Menteri Keuangan, Bappenas, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik di Gedung DPR Senayan Jakarta, Selasa.
Menurut Mekeng, Indonesia seharusnya berbangga diri dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu tumbuh dengan baik sehingga perlu dipertanyakan ketika pemerintah melakukan pemangkasan asumsi tersebut.
"Pemerintah perlu konsisten dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dimasukkan dalam asumsi APBN saat penyusunan APBN 2013. Bila pertumbuhan ekonomi dipangkas, maka akan membuat perekonomian Indonesia tidak bergairah," ujar Mekeng.
Mekeng mengatakan perekonomian Indonesia tidak perlu harus selalu berkaitan dengan perekonomian global yang masih belum pulih.
"Masa selalu dikaitkan dengan perekonomian global yang tidak selalu cemerlang, 0,6 persen itu turun dari mana? Ini `kan artinya kinerja pemerintah buruk. Tidak baik. Ini sangat tidak masuk akal," tuturnya.
Mekeng juga mengimbau pemerintah agar benar-benar meningkatkan kinerjanya. Menurutnya, pemerintah perlu meningkatkan penyerapan anggaran di kementerian/lembaga.
"Ini penting mengingat dampaknya kepada efektivitas kinerja pemerintah," ujarnya.
Menurut dia, penyerapan anggaran harus didoorong untuk menngkatkan pertumbuhan ekonomi.
"Bahkan kalau perlu dibuat program menyeluruh yang menyentuh masyarakat, terutama mereka yang di pedesaan," ujar Mekeng. ***3***
(T.C005)
Agus Salim
(T.C005/B/A039/A039) 28-05-2013 17:04:22
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013