Manado (ANTARA News) - Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Freddy H Tulung, mengatakan, balita dan remaja Indonesia dalam bahaya karena banyak "diracuni" oleh tayangan film kekerasan, seks dan mistik yang menduduki rangking tertinggi di media televisi.
"Berdasarkan hasil survei berbagai konsultan iklan, rating tertinggi tayangan film adalah tentang kekerasan, seks dan mistik. Ini sangat berbahaya sebagai tontonan balita dan remaja kita," kata Dirjen Freddy di Universitas Sam Ratulangi, Manado, Selasa.
Di hadapan ratusan mahasiswa, ia mengemukakan bahwa, berdasaran hasil survei, anak usia 3 - 15 tahun menonton televisi rata-rata 4,5 jam per hari, sedangkan rating tertinggi tayangan film di Indonesia tentang kekerasan, seks dan mistik.
"Anak-anak dan remaja kita disajikan berita kawin cerai para artis dan selebritis. Kekerasan dalam mengungkapkan ekspresi dan disuguhkan hal-hal mistik yang kurang menggunakan nalar. Karena mendapat rating tertinggi maka banyak rumah produksi yang membuat tayangan seperti itu," kata Dirjen Freddy asal Sulawesi Utara itu.
Oleh sebab itu, Dirjen meminta Universitas Sam Ratulangi menjadi benteng dan garda terdepan dalam memproduksi film dan tayangan berkualitas dan inspirasi serta mengandung kearifan lokal kemudian disiarkan menggunakan media tv dan cetak lokal.
"Sebagai upaya membangun dan mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa serta pembentukan karakter bangsa melalui tayangan dan film yang berkualitas dan mengandung unsur kearifan lokal," tambah Freddy, alumnus FISIP Universitas Indonesia.
Sementara itu acara pertunjukan rakyat dalam rangka Asia Media Summit ke-10 di Universitas Sam Ratulangi, Manado, merupakan bentuk keterlibatan masyarakat dan kampus dalam pertemuan internasional tersebut.
"Jadi Manado tidak hanya ketempatan sebagai lokasi AMS tapi juga terlibat dalam kegiatan," ujar Freddy.
Pembantu Rektor IV Prof Dr Ir David Kaligis DEA yang mewakili rektorat Universitas Sam Ratulangi mengatakan kampusnya siap dijadikan pusat produksi tayangan film yang berkualitas dan mengandung unsur kearifan budaya lokal.
Sementara itu, Direktur AIBD (Asia Pacific Institute for Broadcasting Development) Yang Binyuan mengatakan, ada sekitar 200 perusahaan media asing dan nasional yang mengikuti AMS ke-10 di Manado.
"Ini merupakan promosi kota Manado dengan segala potensi wisatanya serta menjadi daerah percontohan dimana masyarakatnya hidup dengan damai dan penuh toleransi di antara perbedaan agama," katanya.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013