Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa perempuan Indonesia berperan penting untuk mengatasi jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.

Hasto dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, menyatakan bahwa harapan hidup perempuan di Indonesia lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga komposisi populasi perempuan yang lebih besar dapat menjadi bekal untuk menyambut bonus demografi.

"Pada tahun 2035 nanti, kita sudah mengalami penuaan populasi (aging population), saat ini di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat sekitar 16 persen usia tua, banyak sekali janda-janda tua fakir miskin, semakin banyak nanti akan sangat sulit menurunkan angka tingkat kemiskinan," kata Hasto.

Baca juga: Kepala BKKBN sebut perubahan perilaku kunci turunkan stunting

Untuk mengatasi peningkatan penduduk usia tua tersebut, Hasto menekankan pentingnya pilar Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting atau RAN Pasti.

"Oleh karena itu, RAN Pasti ada lima pilar, yakni pilar pertama adalah komitmen, bagaimana pemerintah daerah komitmen dalam menurunkan stunting. Kedua, sistem informasi yang masif, yaitu edukasi tentang stunting. Ketiga, konvergensi, segala urusan yang terkait bantuan kepada masyarakat, data dan inovasi, kemudian evaluasi," paparnya.

Kemudian, pilar yang keempat adalah ketersediaan pangan. Ia menyebutkan bahwa Indonesia sebetulnya tidak pernah kekurangan bahan pangan, tetapi perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat agar tak hanya mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat saja, tetapi juga tinggi protein.

Selanjutnya, pilar kelima adalah data, inovasi, dan evaluasi. Ia menekankan pentingnya kabupaten/kota melaksanakan survei sendiri dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan perguruan tinggi agar sampelnya lebih banyak.

Baca juga: Kepala BKKBN sebut peran istri bangun keluarga kunci cegah stunting

Untuk mengatasi jebakan pendapatan menengah, lanjut dia, perlu ada lapangan kerja yang ditujukan untuk menyerap golongan rentan.

"Kalau bisa semua yang punya usaha atau kegiatan untuk masyarakat disasarkan pada keluarga dengan risiko tinggi stunting," ujar dia.

Menurut dia, keluarga yang berisiko stunting cenderung memiliki pendidikan dan penghasilan rendah, dan tidak memiliki tabungan untuk masa depan. Untuk itu, penting melakukan pembinaan bagi mereka agar Indonesia bisa terbebas dari pendapatan kelas menengah.

Hasto hadir sebagai pembicara utama pada Forum Dialog Penanganan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting melalui Penguatan Ketahanan Ekonomi di Kulon Progo, DIY, pada Rabu (11/10).

Baca juga: Kepala BKKBN: Aplikasi "Inzting" cegah stunting dari hulu ke hilir

Acara tersebut juga dirangkai dengan penyerahan bantuan stunting berupa telur kepada masyarakat yang akan dibagikan oleh Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. (Bhabinkamtibnas).

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023