Ternyata nilai penjualan pasir besi itu tidak sebanding dengan pendapatan royalti pemerntah daerah dari pasir besi yang hanya baru diperoleh tahun ini sebesar Rp700 juta."
Tasikmalaya (ANTARA News) - Hasil penjualan pertambangan pasir besi dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang dijual ekspor melalui pelabuhan Cilacap, Jawa Tengah, mencapai Rp16 triliun sejak 2004 hingga Mei 2013.
"Nilai jual pasir besi yang diambil di Tasikmalaya dan dijual melalui Cilacap ditemukan nilainya sangat besar sampai Rp16 triliun sejak 2004," kata Ketua Komisi 3 DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Ery Purwanto usai membahas pertambangan pasir besi di Tasikmalaya, Senin.
Ia mengungkapkan data penjualan ekspor pasir besi diperoleh dari hasil peninjauan langsung Komisi 3 DPRD Tasikmalaya ke Pelabuhan Cilacap.
Peninjauan itu, kata Ery, untuk mengetahui langsung jalur dan besaran nilai rupiah hasil penjualan pasir besi yang ditambang di Kabupaten Tasikmalaya melalui Cilacap.
"Ternyata nilai penjualan pasir besi itu tidak sebanding dengan pendapatan royalti pemerntah daerah dari pasir besi yang hanya baru diperoleh tahun ini sebesar Rp700 juta," katanya.
Menurut dia, selama berlangsungnya pertambangan pasir besi di Tasikmalaya dengan nilai penjualan yang cukup besar itu belum memberikan dampak manfaat bagi pembangunan daerah.
Ia berharap, pemerintah daerah dapat mengkaji kembali pengelolaan pertambangan pasir besi agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pembangunan Tasikmalaya.
"Inilah yang harus dibenahi, pasir besi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, makanya pemerintah harus melakukan upaya untuk perubahan pengelolaan pasir besi," katanya.
Komisi 3 DPRD Tasikmalaya merencanakan meninjau langsung kawasan pertambangan pasir besi di wilayah selatan Tasikmalaya.
Tujuan peninjauan itu sekaligus untuk mengetahui masih ada atau tidaknya aktivitas penambangan setelah pemerintah daerah memutuskan penutupan penambangan pasir besi, 1 Mei 2013.
"Nanti kita akan tinjau ke lokasi penambangan untuk mengetahui kemana saja aliran dana hasil pasir besi itu, sekaligus melihat masih ada atau tidak aktivitas penambangan," kata Ery. (*)
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013