Serta memberikan kontribusi 4,17 persen terhadap ekspor non-migas atau setara menyumbang 3,99 persen industri pengolahan non-migas
Jakarta (ANTARA) - Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Dirjen Agro Kementerian Perindustrian Merriyanti Punguan mengatakan bahwa industri pulp dan kertas nasional menyumbang surplus pada neraca perdagangan 2022, yakni sebesar 4,7 miliar dolar AS.
“Serta memberikan kontribusi 4,17 persen terhadap ekspor non-migas atau setara menyumbang 3,99 persen industri pengolahan non-migas,” ujar Merri, sapaan akrab Merriyanti, di Jakarta, Rabu.
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika membuka pameran AllPack Indonesia dan AllPrint Indonesia 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Pada tahun 2022, kata Merri, total ekspor industri pulp dan kertas mencapai 8,6 miliar dolar AS dengan volume 11,2 juta ton. Di sisi lain, lanjut Merri, industri pulp dan kertas memiliki nilai impor sebesar 3,9 miliar dolar AS dengan volume 5,5 juta ton.
Bagi Merri, selisih sebesar 4,7 miliar dolar AS tersebut menunjukkan industri pulp dan kertas nasional berperan penting bagi perekonomian Indonesia.
Lebih lanjut, Merri juga menyinggung terkait kemampuan industri kertas nasional dalam memproduksi hampir semua jenis kertas, termasuk kertas uang dan kertas berharga yang memiliki spesifikasi khusus guna memenuhi aspek keamanan atau security.
“Indonesia juga sudah mencetak paspor dari negara-negara lain di dunia. Jadi, ini suatu kelebihan dari hasil industri kertas dan percetakan kita,” kata Merri.
Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kelangsungan proses produksi dan pengembangan industri, serta meningkatkan daya saing industri, Merri menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan jaminan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku dan bahan penolong industri.
“Ini seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2014 tentang Perindustrian,” kata Merri.
Diketahui, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika membidik Sumatera Selatan dan Banten untuk menjadi wilayah pengembangan kemasan ramah lingkungan, seperti kemasan yang berbahan dasar pulp hingga singkong.
“Wilayah yang ditargetkan, sekarang itu ada di Sumatera Selatan dan juga di Banten,” kata Putu di Jakarta, Jumat (6/10).
Putu menjelaskan bahwa bahan dasar pulp yang digunakan untuk kemasan berbasis paperboard tidaklah berasal dari penebangan hutan atau deforestasi. Pulp tersebut, kata dia, berasal dari penanaman khusus.
Keunggulan bagi Indonesia sebagai negara tropis, lanjut Putu, yakni penanaman yang hanya membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk menghasilkan kayu yang siap menjadi pulp. Sedangkan, untuk negara-negara lain yang berada di wilayah subtropis, membutuhkan waktu hingga 12 tahun.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023