Grita dan Gruwi diciptakan untuk mencegah tindakan kekerasanMakassar (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini terharu saat mengungkap anak-anak penyandang disabilitas rentan menjadi korban kekerasan dalam diskusi panel di Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 (AHLF) di Makassar, Rabu.
Mensos Risma dalam Panel Discussion II: Partnership for Disability Inclusion and Empowerment and way foward, menjabarkan sejumlah inovasi yang dilakukan Kementerian Sosial seperti membuat jam tangan pintar Grita dan Gruwi.
"Kita memberikan jam tangan pintar, karena kita menemukan ....Anda tahu, anak-anak saya penyandang disabilitas," ujar Mensos Risma tersentuh diikuti dengan tangis haru.
"Mereka mendapatkan kekerasan, jadi saya memberikan smartwatch," ujar Mensos Risma," kata dia melanjutkan.
Adapun Grita dan Gruwi diciptakan untuk mencegah tindakan kekerasan terhadap penyandang disabilitas. Gruwi memiliki fitur tombol panik dengan alarm darurat, sensor suara dengan pengaturan level tangkapan dan jarak, indikator LED dan getaran yang dapat mendeteksi suara.
Sedangkan Grita dilengkapi dengan fitur unggulan seperti sensor denyut nadi dengan alarm jika melebihi batas wajar, lampu indikator darurat untuk perhatian sekitar, dan 8 level sensitivitas denyut nadi yang dapat diatur, dan koneksi ponsel untuk mengirim koordinat GPS dan data realtime.
Ungkapan Mensos Risma tersebut diikuti tepuk tangan riuh para peserta diskusi dan panelis. Tak terkecuali Penasehat Khusus Amerika Serikat untuk perwujudan dan penghormatan isu disabilitas Sara Minkara yang langsung menghampirinya usai acara diskusi.
Tujuan forum AHLF secara rinci yakni mempercepat implementasi ASEAN Enabling Masterplan 2025 termasuk pengarusutamaan penyandang disabilitas di tiga Pilar ASEAN; memperkuat pembangunan dan kemitraan yang inklusif penyandang disabilitas; memberdayakan penyandang disabilitas dalam kewirausahaan, pemulihan, dan membangun ketahanan; berkontribusi pada perumusan narasi inklusi penyandang disabilitas yang lebih kuat dalam visi masyarakat pasca-2025.
Sebanyak 13 negara Hadir di ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability-Inclusive Development and Partnership Beyond 2025, terdiri dari 9 negara anggota ASEAN, 1 Negara Observer yakni Timor Leste serta 3 Negara ASEAN Partners yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Baca juga: Mensos: Pemda perlu bersinergi untuk data kebutuhan disabilitas
Baca juga: Mensos paparkan praktik baik latih disabilitas berwirausaha di AHLF
Baca juga: Mensos paparkan perlindungan sosial disabilitas di forum AHLF 2023
Baca juga: Mensos buka AHLF 2023 dorong ASEAN melangkah penuhi hak disabilitas
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023