Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) memastikan sejarah kelam penguasaan maritim dunia di kawasan Selatan-Selatan, yang sempat didominasi negara-negara besar, seperti Romawi, Inggris, dan Amerika Serikat sejak abad ke-15 sampai dengan abad ke-20, tidak terulang kembali.
"Kami berusaha untuk membangun peradaban maritim, memastikan tidak akan terulang sejarah gelap penguasaan dunia, tetapi betul-betul berusaha menghubungkan dunia," kata Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto dalam seminar "Ketahanan Nasional Membangun Konektivitas Maritim Selatan-Selatan" di Jakarta, Rabu.
Belajar dari sejarah, Andi mengatakan terdapat beberapa negara yang berusaha menguasai konektivitas maritim global dan mewujudkannya menjadi Pax Romana untuk perdamaian Romawi, Pax Britannica untuk perdamaian Inggris, dan Pax Americana bagi perdamaian Amerika Serikat.
Andi menyebut ketika Romawi, Inggris, dan Amerika Serikat berusaha membangun konektivitas maritim, banyak peradaban runtuh, banyak orang mati, dan jutaan masyarakat menjadi budak.
Baca juga: Lemhannas siapkan kajian hadapi dinamika politik jelang Pemilu 2024
Selain itu, peradaban dari Afrika pindah ke Eropa dan Amerika Serikat, sehingga menyebabkan peradaban asli di Afrika punah. Peradaban asli di Kanada, Chili, dan Argentina pun ikut punah hingga tergantikan oleh imperialisme dan kolonialisme.
"Ketika terjadi Pax Britannica, Inggris itu kira-kira berperang dengan 171 negara yang hari ini ada di dunia. Amerika Serikat, sejarah perangnya sampai hari ini adalah 107 perang di seluruh dunia untuk mewujudkan Pax Britannica, mewujudkan Pax Amerikana," jelas Andi.
Melalui seminar nasional tersebut, Andi berharap Lemhannas dapat merumuskan sejumlah cara yang bisa ditempuh Indonesia dalam membentuk perdamaian maritim global atau pax maritim globalis maupun menjadi pemimpin dalam konektivitas global di kawasan maritim Selatan-Selatan.
"Itu tugas kami di Lemhannas, memastikan konektivitas maritim, konektivitas selatan, menghubungkan dunia, mengkoneksikan dunia, membangun peradaban maritim, membangun perdamaian maritim," ujarnya.
Andi menyebut negara selatan diproyeksikan memiliki pertumbuhan ekonomi lebih baik dibandingkan negara utara di dekade mendatang. Bahkan, di tahun 2075, 10 dari 15 negara ekonomi terbesar di dunia ditempati oleh negara-negara selatan.
Baca juga: Lemhannas sebut keamanan siber bisa rusak karena lompatan teknologi
Pewarta: Cahya Sari
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023