Makassar (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismahaharini memaparkan sejumlah praktik baik yang dilakukan Kementerian Sosial untuk melatih penyandang disabilitas menjadi wirausahawan mandiri.
"Penting untuk dicatat bahwa tujuan kewirausahaan tidak hanya sekedar pengentasan kemiskinan, melainkan menciptakan lapangan kerja dan memberikan perlindungan sosial yang lebih baik bagi penyandang disabilitas," kata Risma dalam Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 (AHLF) di Makassar, Selasa.
Kemensos memfasilitasi program kewirausahaan penyandang disabilitas tersebut dengan memberikan bantuan keuangan yang antara lain dimanfaatkan untuk mendirikan toko kelontong, penjualan pulsa telepon seluler, jasa menjahit, dan lain-lain sesuai minat serta keserta keterampilan masing-masing individu.
Mensos mengatakan pihaknya mendukung konsep "dari disabilitas, oleh disabilitas, dan untuk disabilitas" demi pemberdayaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kewirausahaan, agar tercipta lingkungan inklusif dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara.
Baca juga: Mensos tunjukkan disabilitas Indonesia dapat mandiri di AHLF 2023
Risma juga menekankan pentingnya dukungan kuat di bidang kewirausahaan guna meningkatkan kemandirian ekonomi anak penyandang disabilitas di lembaga pendidikan atau sekolah dengan memfasilitasi akses untuk berinovasi dan menjalankan usaha sendiri.
Menurut Mensos peran guru pendidikan khusus menjadi krusial dalam proses tersebut, di mana mereka diharapkan menjadi pemandu utama yang mendampingi siswa berkebutuhan khusus mengembangkan keterampilan kewirausahaannya agar mencapai kemandirian ekonomi di masa depan.
Hal itu ditopang penerapan sistem pendidikan inklusif di Indonesia yang memberi hak setara bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Bank Dunia mencatat terjadi peningkatan signifikan jumlah sekolah inklusif di Indonesia dari 3.610 sekolah pada 2015 menjadi 28.778 pada 2020.
Baca juga: Mensos buka AHLF 2023 dorong ASEAN melangkah penuhi hak disabilitas
"Namun demikian, masih terdapat tantangan besar, termasuk fakta bahwa kurang dari 13 persen sekolah inklusif memiliki pendidik yang terlatih dalam pendidikan inklusif," ujar Risma.
Selanjutnya: Selain kualitas pendidik..
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023