Antanarivo, Madagaskar (ANTARA News) - Presiden Madagaskar Andry Rajoelina, yang tengah mendapat tekanan internasional untuk tidak mencalonkan kembali pada Juli mendatang, memaparkan syarat pengunduran dirinya, sekaligus memperingatkan adanya ancaman perang sipil di negara kepulauan di Samudera Hindia tersebut.

Madagaskar berada dalam situasi krisis politik sejak 2009 saat Rajoelina mengambil alih kekuasaan dengan dukungan militer, menggulingkan mantan presiden Marc Ravalomana serta memantik kekacauan yang membuat para investor takut dan merugikan sektor vital mereka, pariwisata, lapor Reuters.

Baik Rajoelina, mantan seorang "disc jockey", dan Ravalomana, seorang taipan bisnis yang saat ini mengasingkan diri di Afrika Selatan, beberapa bulan lalu telah menyatakan mereka tidak akan ikut serta dalam pemilihan presiden.

Akan tetapi pada awal Mei 2013, Rajoelina mengingkari janjinya dan menyatakan akan mecalonkan kembali, sembari mengatakan bahwa kesepakatan antara kedua musuh bebuyutan tersebut telah dilanggar saat istri dari Ravalomana mengajukan diri sebagai salah seorang kandidat presiden.

Perubahan sikap Rajoelina, yang menggiring ketidakpastian politik dan ekonomi di kepulauan tersebut, disambut kutukan oleh Uni Afrika (UA), sembari menyatakan mereka tidak akan lagi mengakui kepresidenan Rajoelina walaupun jika ia memenangi pemilihan pada Juli mendatang.

"Saya akan mundur apabila yang lain juga melakukannya," kata Rajoelina sebagaimana dilaporkan media setempat pada Jumat (24/5) malam, merujuk pada pencalonan istri Ravalomana.

Petahana itu juga menyerukan kepada presiden dua periode Didier Ratsiraka, yang menghabiskan waktu 11 tahun mengasingkan diri di Prancis, untuk mundur dari pencalonan, bersama-sama dengan sejumlah calon lain termasuk beberapa sekutu Rajoelina kala melakukan apa yang disebut AU sebagai kudeta pada 2009 lalu.

Rajoelina juga memperingatkan bahwa stabilisasi negara sangat mungkin terganggu apabila ia terlalu lekas turun sebelum hari pemilihan. Berdasarkan peraturan pemilihan, presiden harus turun 60 hari sebelum pencoblosan.

"Siapa yang dapat menjamin ... apabila saya mundur, kedamaian tetap terjaga di negara ini," kata dia. "Saya tidak bisa menerima perpecahan rakyat Madagaskar dan perang sipil."

Rajoelina mengaku khawatir negara kepulauan, yang kaya akan kobalt, nikel dan ilmenit tersebut, tengah menapai jalan menuju perang sipil.

"Saya akan melakukan apapun untuk menghindari itu terjadi di Madagaskar," ujar dia. (G006/AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013