Washington (ANTARA News) - Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden menelepon Perdana menteri Irak Nuri al-Maliki pada Jumat di tengah-tengah kekhawatiran atas sejumlah ledakan bom dan kekerasan di negara itu serta keadaan di Suriah, kata Gedung Putih.
"Wakil presiden menyatakan cemas akan keadaan keamanan di Irak dan berjanji AS akan tetap mendukung Irak dalam perangnya melawan terorisme," kata pernyataan dari kantor Biden, lapor AFP.
Gelombang ledakan bom dan serangan di seluruh Irak menewaskan 420 orang bulan ini dan memicu kekhawatiran negara itu akan kembali pada aksi kekerasan sektarian yang luas.
Biden juga mengutarakan tentang pentingnya bagi Maliki melakukan dialog dengan para pemimpin seluruh kelompok politik, kata Gedung Putih, dan kedua pihak menegaskan perlunya satu penyelesaian yang dirundingkan untuk menghentikan perang saudara di Suriah.
Washington mendesak Irak meningkatkan pemeriksaan terhadap pesawat Iran, yang terbang melintasi wilayahnya menuju Suriah.
Menteri Luar Negeri John Kerry sebelumnya secara terbuka menuduh Irak menutup mata terhadap apa yang dikatakan Washington pengiriman peralatan militer Iran ke pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pada Kamis, Biden menelepon pemimpin Kurdi Irak Massud Barzani dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Irak Osama Nujayfi.
Biden mengemukakan kepada Barzani ia memuji satu keputusan para menteri Kurdi dan para anggota parlemen untuk menghentikan boikot dan kembali bekerja di Baghdad.
Berbicara dengan Nujayfi, seorang pemimpin Sunni yang berseteru dengan Maliki, Biden "menyatakan camas atas situasi keamanan di Irak, dan menegaskan perlunya bagi semua pemimpin politik Irak menghentikan aksi kekerasan tanpa ragu dan berusaha menghancurkan ekstremis," kata satu pernyataan.
Biden menangani bidang politik dari penarikan pasukan AS dari Irak dan tetap mempertahankan kontak dengan para pemimpin berbagai faksi dalam sistem politik yang pecah di negara itu.
Kekerasan di Irak menurun tajam dari saat puncakya tahun 2006 dan 2007 tetapi serangan masih saja terjadi, menewaskan lebih dari 200 orang dalam lima bulan pertama tahun ini, kata data AFP. (RN/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013