Jakarta (ANTARA News) - Pameran produk unggulan koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM) ke-4 di Jakarta gagal mencapai transaksi Rp15 miliar seperti yang ditargetkan panitia penyelenggara. "Pameran tahun ini secara umum berjalan baik, namun realisasi penjualan berkisar 50 persen dari target," kata Kepala Bidang Publikasi dan Promosi Suryotono, di Jakarta, Senin. Target penjualan tidak tercapai, menurut dia, karena masih ada kendala dari peserta pameran sendiri. Misalnya, bila ada pembeli dalam jumlah besar, mereka belum bisa memenuhi permintaan karena karakter UKM yang masih berproduksi dalam jumlah kecil. "Karakter usaha menengah, biasanya mereka tidak bisa menjual dalam partai besar sehingga kadang kesulitan juga memenuhi kebutuhan besar," katanya. Kendala lain, pelaku UKM belum bisa membaca potensi pasar dari produk mereka. Beberapa pelaku UKM, kata dia, beranggapan produknya menjadi unggulan di daerahnya sendiri, namun ketika ikut pameran ternyata produknya tidak laku karena banyak peserta memamerkan produk yang sama. Karenanya, pameran yang telah memasuki tahun keempat di gelar di Jakarta ini, bisa menjadi ajang pembelajaran bagi peserta agar mampu membaca pasar produknya. "Minimal, mereka tahu siapa saingannya dan bagaimana memasarkan produk secara efektif," katanya. Meski belum mencapai target, menurut dia, pameran kali ini mampu menarik perhatian negara tetangga. Terbukti sejumlah pengusaha hadir dalam pameran di antaranya dari Brunei Darussalam, Malaysia, Yugoslavia, Denmark, dan Rusia. "Mereka melakukan penjajakan dulu, jadi meski belum ada transaksi yang penting sudah ada jalan untuk kerjasama lebih lanjut," katanya. Beberapa komoditi yang di lirik pengusaha luar negeri adalah furnitur rotan dari Cirebon, lukisan keramik dari Bali, dan bola kaki dari Majalengka. Dari segi pengunjung, menurut data dari panitia pameran, total pengunjung lebih dari 30 ribu orang, angka ini jauh dari target panitia sebanyak 200 orang. Minimnya pengunjung, membuat sejumlah stand peserta sepi dan tidak ada transaksi hingga hari terakhir pameran. "Tidak ada transaksi penjualan sejak pembukaan pameran, padahal saya berharap bisa menjaring pembeli untuk modal usaha kerajinan perak saya yang porak poranda kena gempa," kata Widodo, pelaku UKM kerajinan Perak, Kotagede, Yogyakarta. Terkait hal tersebut, menurut Manajer Pemasaran Festival, Adi Kusuma, ada beberapa kendala teknis yang dihadapi. Di antaranya lokasi pameran yang belum populer dan banyaknya kegiatan pameran di tempat lain yang berlangsung pada jadwal yang sama. "Biasanya orang lebih mengenal JCC (Balai Sidang Senayan) daripada di sini, mungkin juga karena ada Jakarta Fair dan pameran lain yang jadwalnya hampir bersamaan," katanya. Kendala lain, katanya, pengunjung yang sering mengeluh tentang minimnya daya tampung areal parkir hanya 150 mobil. Jarak antara lokasi dan areal parkir juga jauh sekitar 300 meter, sehingga panitia menyediakan shuttle bus atau bis penghubung agar memudahkan pengunjung. "Ada lima unit yang kami sediakan, supaya pengunjung tidak perlu berjalan jauh," katanya. Pameran yang berlangsung 5-9 Juli ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diikuti 33 propinsi, terbagi menjadi 322 stand. Pada tahun ini panitia, mengelompokkan komoditi yang dipamerkan menjadi empat kategori, yakni kerajinan tangan, furnitur, garmen, dan makanan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006