Jenazah Abu Roban alias Untung Hidayat yang dibawa dengan menggunakan mobil ambulans dari Jakarta, tiba di kediaman orang tuanya di Desa Timbang sekitar pukul 01.00 WIB.
Sebelum pemakaman, terduga teroris Abu Roban disalatkan di musala yang berada dekat rumahnya yang diiringi pekik gema takbir dan tahmit dari pelayat yang sebagian besar berasal dari para anggota Front Pembela Islam (FPI) Pekalongan.
Saat jenazah dikeluarkan dari dalam rumah, juga tampak istri Abu Roban yang sedang menggendong bayinya yang baru lahir saat ayahnya tewas dalam kontak senjata dengan anggota Densus 88, Selasa (22/5) di Limpung.
Ketua FPI Kota Pekalongan, Abu Ayyas mengtakan bahwa dirinya secara pribadi tidak mengenal bahkan belum pernah bertemu dengan Abu Roban.
"Akan tetapi, karena ada kesamaan iman maka dirinya berkewajiban untuk mengikuti takziah dan salat jenazah," katanya.
Sekretaris Desa Timbang, Farikhin mengatakan bahwa perangkat desa dan warga tidak mempermasalahkan jenazah Abu Roban dimakamkan di tempat kelahirannya meski almarhum diketahui sebagai terduga teroris.
"Sebenarnya, almarhum Abu Roban saat mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Timbang 01 sebagai anak yang cerdas. Kemungkinan karena keterbatasan ekonomi keluarga, Abu Roban tidak meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya," katanya.
Menurut dia, dirinya mengetahui Abu Roban sudah sekitar 15 tahun meninggalkan desa kelahirannya berdagang nangka di Jakarta.
"Namun, lama tidak terdengar kabarnya, mendadak jika Abu Roban yang nama aslinya Untung Hidayat itu tewas tewas dalam kontak senjata dengan tim Densus 88 karena diduga sebagai teroris," katanya.
Pewarta: Kutnadi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013