Padang (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan sekitar 200 ribu sarjana teknik hingga 2015 untuk mendukung pelaksanaan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
"Saat ini di Indonesia jumlah mahasiswa teknik hanya 11,5 persen dari total populasi mahasiswa yang ada, di mana jumlah idealnya adalah 15 persen," kata Direktur Keuangan PT Telkom Tbk Honesti Basyir dalam diskusi di Padang, Sumatera Barat, Jumat.
Ia menyampaikan hal itu saat tampil sebagai narasumber pada Diskusi Nasional Tantangan dan Peluang Pendidikan Tinggi Teknik Dalam Menunjang Kemandirian Bangsa yang digelar Fakultas Teknik Universitas Andalas di Convention Hall Unand Limau Manis.
Menurut dia, saat ini Indonesia kekurangan sarjana teknik karena mahasiswa lebih banyak memilih program studi nonteknik serta sebaran perguruan tinggi yang baru terkonsentrasi di Sumatera dan Jawa.
Apalagi visi 2025 Indonesia telah dicantumkan akan menjadi negara maju dan 12 besar negara besar di dunia serta delapan besar dunia pada 2045.
Ia memastikan industri disuatu negara tidak akan dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memadai.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarjana teknik adalah pendirian perguruan tinggi teknik serta penambahan kuota mahasiswa teknik pada perguruan tinggi yang telah ada, kata dia.
Kemudian, ia menilai sarjana teknik tidak sepenuhnya siap memasuki dunia kerja karena kompetensi yang dimiliki belum teruji.
Justru mahasiswa politeknik atau D3 teknik jauh lebih siap karena komposisi kurikulum mereka 70 persen praktik dan hanya 30 persen teori, kata dia.
Ia menambahkan, dalam memenuhi kebutuhan sarjana teknik PT Telkom ikut andil dengan mendirikan Institut Teknologi Telkom serta Politeknik Telkom serta Akademi Telkom.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013