Bali (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dapat dimaksimalkan untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan yang memperhatikan kepentingan masyarakat.
Dalam upaya tersebut, Kemenparekraf menghadirkan berbagai program atau kebijakan yang mendorong terwujudnya pariwisata berkualitas dan berkelanjutan. Di antaranya, pengurangan emisi karbon, pelestarian sumber daya alam, budaya, serta tradisi lokal. Sementara di sektor ekonomi kreatif, pengembangannya didasarkan pada ruang kreativitas, inovasi, serta penguatan kekayaan intelektual.
"Kami memiliki beberapa politeknik pariwisata yang memberikan pelatihan dan pendidikan agar masyarakat dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan bekerja yang mendukung praktik-praktik berkelanjutan," kata Sandiaga dalam keterangan tertulis yang diterima di Bali, Senin.
Menparekraf dalam acar sampingan "AIS Blue Economy High-Level Dialogue: Forging A New Era of Sustainable Growth" juga mengajak seluruh pihak untuk dapat terus berinovasi dan berkolaborasi agar dapat fokus pada visi jangka panjang dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.
"Saya percaya dengan mengintegrasikan kreativitas, budaya, serta prinsip-prinsip berkelanjutan akan dapat membuka potensi pertumbuhan dengan tetap menjaga identitas keberagaman dan kekayaan alam kita," katanya lagi.
Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan pihaknya memiliki komitmen yang kuat dalam mengeksplorasi praktik terbaik dalam melakukan dekarbonisasi dan aksi iklim di sektor pariwisata, serta tanggung jawab yang kuat terhadap keberlanjutan dan ketahanan iklim.
Penandatanganan Deklarasi Glasgow pada 2021, lanjut dia, menjadi salah satu bukti komitmen Kemenparekraf dalam menyelaraskan kebijakan pariwisata dengan tujuan aksi iklim.
Kemenparekraf bersama United Nations Development Programme (UNDP) melalui "Climate Promise Project" telah mengembangkan peta jalan dekarbonisasi di sektor pariwisata yang berfokus pada tiga subsektor yakni tempat wisata (destinasi wisata), akomodasi, serta tur dan pariwisata.
Pada inisiatif awal ini, lanjut dia, peta jalan berfokus pada dua aspek yakni konsumsi energi serta produksi limbah. Dua aspek tersebut didasarkan pada fakta bahwa keduanya berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.
Rizki berharap, forum "AIS Blue Economy High-Level Dialogue" yang merupakan acara sampingan dari KTT AIS Forum dapat memimpin jalan ke depan bagi berkembangnya pariwisata secara berkelanjutan dan kekayaan alam sehingga dapat lestari untuk generasi mendatang.
Baca juga: Menparekraf: Indonesia targetkan pariwisata berkualitas
Baca juga: MPR: Pembangunan pariwisata berkualitas perlu perhatian semua pihak
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023