Kalau kita memahami banyak bahasa, selain bahasa ibu, itu sudut pandang kita juga lebih luas
Jakarta (ANTARA) - Penggunaan bahasa daerah memudahkan para siswa kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar (SD) dalam menyerap ilmu pengetahuan melalui proses belajar mengajar di kelas, kata pakar linguistik Universitas Indonesia Prof Multamia RMT Lauder.
"Dari sisi pembelajaran bisa lebih mudah dipahami oleh anak-anak," ujar dia di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan hal itu ketika menjelaskan tentang tiga manfaat didapatkan kalangan anak dan dewasa ketika menguasai dan menggunakan bahasa daerah.
Selain anak yang tinggal di kota besar, kata dia, pada umumnya bahasa pertama yang dipahami oleh kalangan itu merupakan bahasa daerah mereka.
Ia juga mengatakan manfaat penggunaan atau penguasaan bahasa daerah bagi orang dewasa, yakni penanda jati diri.
Baca juga: BRIN upayakan revitalisasi Bahasa Kui di NTT
Identitas yang dimiliki seseorang, kata dia, manifestasi dari bahasa yang digunakan, sedangkan pembentukan falsafah hidup, etika, dan moral dipengaruhi oleh bahasa.
"Jati diri bangsa merupakan keseluruhan dari semua suku-suku yang ada, dan setiap suku memiliki falsafah hidup, etika, dan moral. Semuanya tercermin dalam bahasa, sehingga jati diri yang dimiliki sesuai dengan bahasanya," kata dia.
Ia mengatakan bahwa bahasa daerah juga menjadi "jendela" untuk memahami dunia yang lebih luas.
Setiap bahasa daerah, ucap Multamia, memiliki kosakata dan padanan yang berbeda-beda, sedangkan cara pandang bahasa terhadap sesuatu hal juga memiliki banyak perbedaan.
Berdasarkan penelitian, kata dia, orang yang menguasai bahasa lain selain bahasa ibu pada umumnya memiliki wawasan yang luas.
"Kalau kita memahami banyak bahasa, selain bahasa ibu, itu sudut pandang kita juga lebih luas karena bahasa itu sebuah jendela," katanya
Berdasarkan data situasi kebahasaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Indonesia memiliki 718 bahasa daerah atau dialek yang tersebar di 2.560 daerah pengamatan, sedangkan bahasa daerah yang telah punah mencapai 11 bahasa.
Baca juga: Beragam bahasa daerah, Kemendikbud: Perlu kebinekaan dalam literasi
Baca juga: BRIN ungkap alasan bahasa daerah bisa terancam punah
Baca juga: Kemendikbudristek sasar 92 bahasa daerah direvitalisasi tahun 2024
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023