Semangat membela Tanah Air harus menjadi contoh generasi muda dan agar bisa memahami betapa mahalnya memperoleh kemerdekaan,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengatakan, generasi muda harus menonton film Sang Kiai yang menceritakan perjuangan pahlawan KH Hasyim Asyari dalam melawan penjajahan, agar mengetahui betapa sulitnya merebut kemerdekaan.
"Semangat membela Tanah Air harus menjadi contoh generasi muda dan agar bisa memahami betapa mahalnya memperoleh kemerdekaan," kata Wapres Boediono kepada pers usai menyaksikan film Sang Kiai di Djakarta Theatre, Jakarta, Kamis.
Hadir dalam acara menonton itu Ibu Herawati Boediono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar, serta sutradara dan aktor/aktris film itu.
Menurut Boediono, film tersebut menggambarkan kearifan tokoh pergerakan nasional dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asyari dalam merebut kemerdekaan dengan sangat apik.
"Dengan menyaksikan film itu diharapkan generasi muda tidak akan menyia-nyiakan kemerdekaan yang telah diraih," kata Wapres.
Boediono menilai teknik pembuatan film tersebut sangat bagus dan pemain yang terlibat menjalankan aktingnya dengan sempurna. "Saya hargai semua pihak yang menciptakan film tersebut," kata Wapres.
Film yang berdurasi sekitar dua jam tersebut, berkisah tentang tokoh pergerakan nasional dan pendiri NU KH Hasyim Asyari, pejuang dan pendiri pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
KH Hasyim Asyari merupakan kakek Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden RI keempat.
Film berlatar belakang masa-masa kemerdekaan itu sarat unsur drama, perang serta dakwah dan menggambarkan perjuangan umat Islam melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Film Sang Kiai dibintangi artis kawakan seperti Ikranegara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken, Meryza Batubara, Norman Akuwen, Dimas Aditya dan Suzuki Naburo.
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyaksikan film serupa pada Senin (20/5) namun di theater yang berbeda.
(A025/Z002)
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013