Jakarta (ANTARA) - Kelompok musik asal Inggris Coldplay menggugat balik mantan manajer mereka yaitu Dave Holmes, kurang dari dua bulan setelah sang mantan manajer menggugat band terkait perselisihan kontrak dan perkara utang.
NME, Sabtu (7/10), Chris Martin dkk. mengklaim Holmes berhutang ganti rugi lebih dari 14 juta poundsterling dan menuduh bahwa dia telah mengajukan dan memperoleh dua kali pinjaman dari pihak promotor Live Nation tanpa sepengetahuan Coldplay.
Coldplay mengklaim bahwa Holmes meminjam sebanyak 20 juta dolar Amerika Serikat atau setara Rp 312 miliar dari promotor pada tahun 2015 dengan tingkat bunga 2,72 persen per tahun, sebelum dia diduga mengambil pinjaman kedua sebesar 10 juta dolar pada tahun 2018 dengan tingkat bunga yang sama.
Baca juga: Kejutan, Selena Gomez tampil di konser Coldplay
"Sejauh pengetahuan kami, Mr. Holmes menggunakan uang yang diperoleh dari perjanjian pinjaman untuk mendanai usaha pengembangan properti di atau sekitar Vancouver, Kanada," kata Coldplay dalam pengajuan perkara mereka di Pengadilan Tinggi di London, Inggris Raya.
Dalam klaim mereka, Coldplay menyimpulkan bahwa Dave Holmes hanya bisa memperoleh pinjaman sebesar 30 juta dolar AS dengan tingkat bunga tetap tahunan sebesar 2,72 persen dari Live Nation berdasarkan posisinya sebagai manajer Coldplay.
Pengajuan klaim juga menyebutkan bahwa Holmes yang berhutang sebesar 27,1 juta dolar AS kepada Live Nation akan berpotensi atau sebenarnya bertentangan dengan kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan promotor ketika band bernegosiasi untuk tur dunia "Music Of The Spheres" Coldplay tahun 2021.
Band menganggap Holmes mengusung kepentingan pribadi dalam menjaga hubungan dengan pihak Live Nation untuk memastikan dirinya akan memiliki pengaruh untuk segala bentuk keringanan sehubungan dengan persyaratan pinjaman.
Selain itu, pengajuan tersebut menyebutkan bahwa Holmes dianggap memiliki tanggung jawab atas pembengkakan sejumlah biaya senilai jutaan poundsterling dalam tur "Music Of The Spheres" yang berlangsung selama 165 hari tersebut.
Band mengklaim bahwa tepat sebelum tur dimulai, biaya meningkat dengan cepat dan merekalah yang menanggung beban terbesarnya. Selain itu, beberapa peralatan yang dibeli dianggap tidak sesuai atau memiliki harga yang terlampau mahal, misalnya tiang panggung yang dipesan khusus untuk sistem tata cahaya dan video seharga 10,6 juta euro.
Ada pula proyeksi visual "Jet Screen" berbiaya 9,7 juta dolar AS yang dianggap memiliki kesalahan dimensi dengan layar terlalu besar sehingga hanya dapat digunakan pada 10 pertunjukan di Buenos Aires. Pada akhirnya, Coldplay menuduh Holmes gagal mengawasi dan mengontrol anggaran tur.
Baca juga: Kim Bum bawakan lagu "Boys Over Flowers" hingga "My Universe" Coldplay
Holmes mulai bekerja dengan Coldplay pada tahun 2005 dan berpisah dengan band tersebut pada tahun lalu. Dalam gugatan awalnya, dia mengaku membantu mengatur sesi rekaman, sampel, dan aransemen string untuk album kesepuluh dan kesebelas Coldplay dan band menolak untuk membayar jasanya.
Pengacara Holmes, Phil Sherrell, sempat mengeluarkan pernyataan bahwa kliennya berhasil mengelola Coldplay selama lebih dari 22 tahun dan membawa mereka menjadi salah satu band paling sukses dalam sejarah.
"Sekarang Coldplay malah menolak membayar utang. Menuduh Dave Holmes atas pelanggaran etika yang sebenarnya tidak ada dan kesalahan lain yang dibuat-buat, tidak akan mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya. Coldplay memiliki kontrak dengan Dave dan mereka menolak untuk menghormatinya," kata Sherrel.
Baca juga: Roger Federer duet bareng Coldplay di konser Swiss
Baca juga: Film "The Eras Tour" Swift lampaui Rp1,5 T untuk tiket pratayang
Baca juga: Hailey Bieber bocorkan proyek musik terbaru Justin Bieber
Penerjemah: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023