Hangzhou (ANTARA) - Dengan koleksi tujuh emas, 11 perak dan 18 perunggu, Kontingen Indonesia telah merasakan ketatnya persaingan pada ajang Asian Games 2022 yang telah sampai pada hari terakhir penyelenggaraan, Minggu ini.
Tim Merah Putih berangkat ke Hangzhou, China dengan target serealistis mungkin yaitu merebut minimal 12 medali emas dan sejatinya memiliki peluang besar untuk menutup defisit itu di sejumlah cabang olahraga unggulan.
Hal itu secara langsung bisa terlihat dari 11 perak yang diraih para atlet, yang karena satu-dua hal mereka harus puas mendapati hasil latihan keras mereka berujung sebagai yang terbaik kedua.
Selama kurang lebih dua pekan penyelenggaraan Asian Games, faktor x terbukti menjadi salah satu variable yang menentukan kemenangan atau kekalahan tim.
Sepanjang perjalanan mereka di Hangzhou, tim Indonesia mendapati sejumlah kejutan dan juga drama di arena seperti yang akan dibahas berikut ini.
Menembak, BMX dan wushu buat kejutan
Cabang olahraga menembak membuat kejutan dengan dua medali emas yang dipersembahkan oleh Muhammad Sejahtera Dwi Putra pada nomor 10m running target tunggal putra dan 10m running target beregu campuran.
Tera telah mengobati rasa penasarannya menjadi yang terbaik di Asia, setelah pada Asian Games 2018 ia hanya merebut perak nomor beregu campuran.
Dua emas yang dikawinkan dengan tiga perunggu menjadi peningkatan prestasi cabang olahraga menembak di Hangzhou setelah pada hanya mendapat satu perak di Jakarta.
Cabang wushu juga membuat kejutan lewat medali emas yang didapat Harris Horatius di nomor kombinasi nanquan-nangun diikuti gebrakan pebalap Amellya Nur Sifa yang memenangi BMX putri untuk emas keempat Indonesia.
Di arena angkat besi, Rahmat Erwin Abdullah memecahkan rekor dunia 201kg angkatan clean and jerk kelas 73kg putra sebelum bergaya memamerkan otot-otot lengannya bersama sang ayah, yang juga menjadi pelatihnya, saat merebut medali emas kelima untuk Indonesia.
Capaian Rahmat itu, sayangnya tak bisa diikuti oleh lifter-lifter andalan Indonesia seperti Windy Cantika Aisah yang kandas pada persaingan kelas 55kg.
Cantika, yang peraih perunggu kelas 49kg Olimpiade Tokyo itu, mencatatkan angkatan snatch 85 kg setelah gagal pada upaya ketiganya menambah beban menjadi 88kg, satu kg lebih berat dari catatan terbaiknya.
Kemudian dari clean & jerk, lifter 21 tahun itu tak meraih angka setelah tiga kali gagal mengangkat beban 100 kg yang ditargetkan.
Peluang medali emas juga lepas dari Indonesia saat Eko Yuli Irawan berlinang air mata setelah gagal mengeksekusi tiga angkatan 175kg clean & jerk kelas 67kg putra.
Kegagalan di Hangzhou itu sekaligus memutus tradisi Eko merebut medali pada pesta olahraga terbesar di Asia itu setelah sebelumnya ia mendapat emas di Jakarta-Palembang 2018, perunggu di Incheon 2014, dan perunggu di Guangzhou 2010, ketiganya ia raih di kelas 62kg.
Karena satu dan dua hal yang menjadi pertimbangan tim pelatih, Cantika dan Eko Yuli bermain di kelas yang bukan spesialisasi mereka sehingga berdampak pada performa kedua atlet, ungkap pelatih Muhammad Rusli
Ke depannya, dua lifter itu akan disiapkan untuk kualifikasi Olimpiade pada nomor 49kg putri dan 61kg putra.
Terpeleset di panjat tebing
Di arena panjat tebing, pelatih tim nasional Hendra Basir pasang badan setelah Veddriq Leonardo dkk. terpeleset dari perebutan emas nomor speed.
Indonesia setidaknya kehilangan tiga peluang medali emas dari adu cepat memanjat setinggi 15m itu.
Yang pertama di nomor speed putra, Veddriq mengaku membuat kesalahan dan akan mengevaluasi performanya setelah hanya mampu merebut perunggu.
Atlet asal Pontianak, Kalimantan Barat menjadi penantang utama cabang panjat tebing nomor speed putra karena dia satu-satunya yang catatannya mampu menembus limit di bawah lima detik sejak babak kualifikasi hingga putaran final di Shaoxing Keqiao Yangshan Sport Climbing Centre.
Melihat catatan waktu lawan-lawannya yang cukup ketat, Veddriq yang pemegang rekor dunia itu ingin memanjat sekuat tenaga, meski paham dengan risiko terpeleset karena tenaga yang eksplosif.
Veddriq gagal melaju ke final setelah tak mendapat cengkeraman yang baik saat start melawan wakil Iran Ali Pour Shenazandi Fard Reza yang finis setengah detik lebih cepat darinya.
Kemudian di nomor estafet putra dan putri, Hendra mengungkapkan bahwa komunikasi antaratlet yang kurang baik menjadi faktor penyebab dua medali emas lepas dari tangan Indonesia.
Veddriq Leonardo, Kiromal Katibin dan Rahmad Adi Mulyono gagal menyelesaikan laga final speed relay putra melawan tuan rumah China karena kedapatan mencuri start.
Sedangkan di nomor putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi, Rajiah Sallsabillah dan Nurul Iqamah juga harus merelakan emas kedua dibawa pulang China karena lambat berkomunikasi memberi aba-aba.
"Kami belum bisa memaksimalkan seluruh potensi emas yang ada di speed baik putra maupun putri," ungkap Hendra.
"Risiko di kategori speed banyak variabel yang memengaruhi.... Ini bukan karena kami kalah kencang tetapi memang kami melakukan beberapa kesalahan."
Satu-satunya emas tim panjat tebing diraih oleh Desak yang tampil konsisten hingga memecahkan rekor Asian Games di nomor speed putri.
Antiklimaks cabang unggulan
Sekira 400km dari arena panjat tebing, tim perahu naga Indonesia juga mendapati sejumlah peluang emas terlepas menyusul persaingan ketat dengan tim tuan rumah.
Andri Agus dkk. memetik pelajaran berharga setelah merelakan emas nomor 500m putra jatuh ke China karena kalah dengan margin sangat tipis 0,013 detik di garis finis.
China juga masih terlalu kuat di nomor sprint 200m saat tim putra Indonesia susah payah masuk ke zona podium untuk perunggu.
Berkaca dari dua hasil tersebut, tim putra Indonesia berhasil merebut medali emas nomor 1000m berkat kematangan strategi dan kesabaran yang turut membantu mereka mematahkan dominasi tim China.
Kali ini tuan rumah merasakan pahitnya kalah dengan selisih tipis 0,047 detik saat Indonesia menyalip ke garis finis.
Sementara tim putri perahu naga mengalami peningkatan prestasi pada Asian Games Hangzhou dengan tiga medali perak, meski harus berbenah demi menyalip China yang masih menjadi yang terbaik di kawasan.
Dayumin dkk. menjadi skuad terbaik di Asia Tenggara, tapi China berada di level yang berbeda.
Indonesia juga gagal mempertahankan emas sepak takraw quadran putra setelah dihadang oleh Myanmar di final. Sementara tim quadrant putri yang juga berpeluang emas harus mengakui keunggulan Vietnam pada laga yang berlangsung di Jinhua Sports Centre Gymnasium.
Kemudian, untuk pertama kalinya dalam sejarah Asian Games Indonesia gagal meraih medali di cabang olahraga bulu tangkis, menyusul tidak ada satu pun wakil tim Merah Putih yang maju ke babak semifinal nomor perseorangan.
Tim bulu tangkis yang sebelumnya ditargetkan menyumbang tiga medali emas, mengalami kegagalan total di Asian Games 2022.
Anthony Sinisuka Ginting dihentikan oleh Li Shi Feng pada babak perempat final. Jonatan Christie gagal mempertahankan emas setelah kalah dari wakil Chinese Taipei Chou Tien Chien.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga kurang tampil lepas di perempat final melawan wakil Chinese Taipei Lee Yang/Wang Chi-Lin.
Gregoria Mariska Tunjung menjadi wakil terakhir Indonesia yang gugur setelah harus mengakui ketangguhan wakil Jepang Aya Ohori di perempat final.
Baca juga: Klasemen medali Asian Games: Indonesia masih di peringkat 13
Baca juga: Tujuh emas, peringkat 13, pencapaian yang patut diapresiasi
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2023