"Negara kami sangat damai, sekarang ini ekonomi juga terus tumbuh," katanya saat peringatan Organization of African Unity ke-50 di Wisma Antara di Jakarta, Kamis.
Al Siddig juga meminta masyarakat dunia untuk mengubah perspektif bahwa tidak semua negara-negara di Afrika sarat dengan konflik.
"Apa yang kita terima dari media-media tidak seperti itu, padahal kenyataanya kami hidup damai, orang-orang semua sudah bangkit," katanya.
Dia mengaku negara-negara di Afrika dalam penyelesaian konflik berupaya untuk menempuh cara negosiasi dan mediasi bukan perang.
Sementara itu, Kepala lembaga bantuan PBB, Rabu (22/5), menyampaikan kekecewaan Wilayah Darfur di Sudan masih belum bisa mandiri, dan menyerukan diciptakannya jembatan yang lebih kokoh antara kegiatan pembangunan dan kemanusiaan.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kamnusiaan Valerie Amos yang saat ini melakukan kunjungan empat hari ke Darfur, mengatakan setelah 10 tahun operasi kemanusiaan di wilayah tersebut, ia kecewa masyarakat bantuan belum bisa berbuat lebih banyak guna membantu rakyat menjadi lebih mandiri, kata Wakil Juru Bicara PBB Eduardo del Buey kepada wartawan dalam taklimat harian.
Gerilyawan Darfur telah terpecah menjadi puluhan kelompok sejak aksi perlawanan mereka meletus pada awal 2003, sehingga menghambat upaya perdamaian dan meningkatkan ketidak-amanan di Sudan Barat. Di sana, PBB memperkirakan krisis kemanusiaan telah merenggut 300.000 jiwa.
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013