Saya lebih pilih Pertamina secara mandiri, membangun (kilang) sendiri
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai PT Pertamina (Persero) seharusnya mampu membangun kilang Tuban, Jawa Timur, secara mandiri menyusul kondisi sulit yang dihadapi Rosneft, investor asal Rusia yang bekerjasama dalam proyek tersebut.
"Saya lebih pilih Pertamina secara mandiri, membangun (kilang) sendiri. Saya yakin bisa," katanya dihubungi di Jakarta, Jumat.
Diketahui, proyek kilang Tuban sedang mengalami kesulitan pendanaan lantaran kondisi perang Rusia-Ukraina. Kondisi tersebut berdampak kepada suntikan investasi Rosneft yang tidak optimal ke proyek kilang Tuban.
Untuk menghindari tertundanya proyek Kilang Tuban, pemerintah meminta PT Pertamina untuk segera mencari mitra pengganti Rosneft untuk mempercepat pembangunan kilang.
Fahmy sangat menyayangkan jika pembangunan kilang Tuban harus terhambat karena kondisi Rusia yang tengah mendapat sanksi atas perang di Ukraina.
Pasalnya, Rosneft atau Rossiyskaya neft Oil Company bersama PT Pertamina (Persero) telah membentuk perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk pendirian Kilang Tuban pada November 2017 lalu.
Di sisi lain, Fahmy menilai akan sulit pula jika Pertamina harus mencari mitra baru, lantaran tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) fosil kini semakin menurun seiring dengan kesadaran akan penggunaan energi yang lebih bersih. Ia menyebut investasi kilang kini sudah tidak menarik di mata investor.
"Tapi ada kebutuhan bagi Pertamina karena ketergantungan impor BBM itu besar. Kalau kita memiliki fasilitas kilang yang memadai, barangkali dapat mengurangi ketergantungan (BBM)," katanya.
Fahmy juga menyebut pembangunan kilang Tuban juga tidak bisa dibantu oleh dana pemerintah atau APBN. Selain tidak layak, pendanaan pemerintah akan sangat membebani negara.
Ia pun mengusulkan agar Pertamina bisa mencari pendanaan secara eksternal lewat penerbitan surat utang atau bond.
"Maka salah satunya yang harus dilakukan adalah apakah mencari mitra strategis atau kemudian Pertamina bisa mengeluarkan surat utang untuk bisa membangun kilang. Kalau memang layak secara ekonomis, mengapa tidak dilakukan?" kata Fahmy.
Nilai investasi proyek kilang Tuban mencapai 3,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp54,2 triliun. Kilang dengan kapasitas pengolahan 300.000 barel per hari itu diperkirakan dapat menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Pengembangan kilang minyak sendiri masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercantum di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Selain pembangunan kilang petrokimia baru di Tuban, Perpres tersebut juga mencakup sejumlah proyek kilang lainnya, yaitu perluasan kapasitas Kilang Balongan, ekspansi Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, penambahan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai.
Baca juga: PGN-PRPP teken HOA penyediaan gas untuk Kilang Tuban
Baca juga: Pertamina Rosneft lanjutkan persiapan pembangunan kilang baru di Tuban
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023