...salju masih saja turun meskipun seharusnya sudah musim semi. Ini baru pertama kali terjadi di Hokkaido."
Sapporo (ANTARA News) - Bulan Mei semestinya sudah musim semi, yang artinya salju musim dingin sudah mencair dan bunga serta pepohonan mulai bersemi.
Namun yang terjadi di Hokkaido, Jepang, pertengahan Mei ini sungguh berbeda. Salju masih tampak di beberapa wilayah.
Di kawasan Nakayama Pass, timur laut Sapporo, salju tebal masih ditemukan meskipun udara cerah dan matahari cukup terik.
"Tahun ini memang berbeda, salju masih saja turun meskipun seharusnya sudah musim semi. Ini baru pertama kali terjadi di Hokkaido," ujar Yasushi Mimatsu, kepala promosi turisme, komersial, industri dan turisme Toya-Usu Geopark.
Hokkaido yang berada di Jepang bagian utara memang masih cukup dingin di bulan Mei, suhunya berkisar antara belasan hingga paling rendah di bawah 10 derajat Celcius.
Mungkin karena itu pula, tempat-tempat pemandian air panas yang cukup banyak terdapat di Hokkaido ramai dikunjungi wisatawan.
Kawasan Noboribetsu resort salah satunya.
Kawasan Noboribetsu adalah salah satu lokasi pemandian air panas yang terkenal di Hokkaido. Tempat ini kabarnya menjadi tempat pemulihan tentara yang cedera pada perang Jepang-Rusia sekitar 100 tahun lalu.
Di samping pemandian air panas yang tersebar baik yang terbuka untuk umum maupun yang eksklusif di hotel-hotel, Noboribetsu juga menawarkan pemandangan indah pegunungan berapi.
Di Jigoku Dani (Hell Valley) misalnya, pelancong dapat menikmati pemandangan gunung berapi dengan kawahnya yang masih aktif.
Pemandangan kawah dengan asap panas dan sumber air panas yang mengalir akibat aktivitas Gunung Kuttara itu mirip dengan kawah Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
Wisatawan juga dapat menikmati indahnya danau kaldera dari puncak gunung.
Untuk mencapai ke atas dan menikmati pemandangan Danau Kuttara tersebut, pengunjung dapat menggunakan kereta gantung.
Di Taman Nasional Shikotsu-Toya itu juga terdapat Taman Beruang Noboribetsu yang menjadi pusat konservasi beruang coklat.
Populasi hewan yang disembah oleh suku Ainu itu di Hokkaido semakin menurun, namun pusat penelitian, pengkajian dan peternakan tersebut, yang dibangun pada 1958, telah berhasil mengembangbiakkan hewan besar itu.
Saat ini jumlah beruang di Taman Beruang Noboribetsu yang semula hanya delapan ekor itu, sudah menghasilkan ratusan ekor.
Pemandangan serupa juga dapat ditemui Toya-Usu Geopark, obyek wisata Gunung Usu dan Danau Toya dengan pulau Nakajima di tengahnya.
Dari Usu Outer Rim Observation Platform yang dicapai dengan menggunakan kereta gantung besar berkapasitas 106 penumpang, sejumlah gunung dan danau yang terbentuk akibat letusan Gunung Usu tampak sebagai pemandangan yang menarik.
Dengan membayar 1450 yen (sekitar Rp145 ribu) pulang-pergi atau 810 yen sekali jalan dengan kereta gantung, pengunjung dapat melihat gunung-gunung yang terbentuk akibat letusan gunung Usu, seperti Gunung Showa Shinzan yang terbentuk setelah letusan tahun 1943.
Selain menawarkan wisata geopark, penangkaran beruang coklat di lokasi tersebut juga menarik cukup banyak wisatawan.
Dengan koleksi 78 ekor beruang --40 di antaranya betina-- tempat tersebut dapat menarik rata-rata 155 juta wisatawan setiap tahunnya.
"Jumlah tersebut menurun karena sebelum gunung meletus pada tahun 2000, wisatawan yang datang mencapai 250 juta pertahun," ujar Mimatsu.
Meski kunjungan pelancong ke pusat pelestarian beruang coklat itu berkurang setelah letusan Gunung Usu pada tahun 2000, Mimatsu mengatakan kunjungan ke geopark justru meningkat.
Selain wisata alam dengan pemandian air panas yang tersebar di berbagai tempat, Hokkaido juga terkenal dengan makanannya yang lezat.
Penggemar makanan laut akan dimanjakan oleh lezatnya rasa asli kepiting yang dimasak tanpa bumbu yang rumit, ikan dan telur salmon, serta berbagai hasil laut lainnya.
Dinginnya udara di bagian utara Jepang itu juga dapat dihalau dengan hangatnya ramen miso yang merupakan salah satu makanan khas Hokkaido.
(F005)
Oleh Fitri Supratiwi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013