Jakarta (ANTARA News) - Upaya pemberantasan narkoba dengan melibatkan kesatuan lain saat melakukan operasi merazia tempat hiburan yang kebal hukum perlu mendapat apresiasi namun pada saat bersamaan juga rawan kebocoran informasi, mengingat banyaknya unsur gabungan yang terlibat.
"Operasi gabungan yang melibatkan banyak institusi justru lebih riskan bocor informasinya terlebih dahulu. Badan Narkotika Nasional (BNN) perlu lebih selektif memilih rekan kerja saat razia dan ekstra ketat dalam menjaga informasinya," kata Ketua RIDMA Budi Raharjo di Jakarta, Senin.
RIDMA (Jaringan Informasi Dampak Miras dan Narkoba) merupakan lembaga swadaya masyarakat yang aktif mendukung pemberantasan narkoba. Anggotanya sebagian besar terdiri dari kalangan wartawan.
Budi mengatakan, BNN provinsi DKI perlu mengubah strategi operasi gabungan yang sekarang ini berjalan agar bisa lebih efektif secara permanen. Jangan hanya efektif di awal-awal operasi, namun setelah itu justru mengalami kegagalan karena informasi sudah diketahui.
"Para bandar punya kaki banyak. Akan lebih efektif jika operasi dibagi per kesatuan. Misalnya, untuk Polisi militer di diskotek ini, saat yang bersamaan, kepolisian wilayah atau kesatuan lain razia di lokasi lain. Sementara tes urin, ditempatkan di lokasi yang tidak terlalu jauh, dari lokasi," ujar Budi.
Ia lantas mencontohkan seperti kejadian pada Sabtu (18/5) pekan lalu, ketika BNN kembali melakukan operasi di kawasan Kota, Jakarta Barat. Para petugas gabungan dari BNN Provinsi DKI, Polisi militer yang terdiri atas unsur TNI AD dan AL hingga Polda, Polres, masuk ke ruangan kemudian memberhentikan kegiatan "house music" dan langsung memeriksa pengunjung .
Pewarta: Benny S Butarbutar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013