Pontianak (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) meningkatkan pendataan senjata organiknya untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan oleh prajurit aktif, perwira maupun purnawirawan. "Pendataan tidak saja dilakukan kepada setiap satuan tetapi juga kepada para purnawirawan," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Slamet Soebijanto kepada ANTARA di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat. Ditemui usai menghadiri penutupan Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia (Malindo) Darat-Samudra-Udara (DARSASA) 6AB/2006, ia mengatakan, pendataan senjata itu rutin dilakukan di tiap satuan untuk menghindari penyalahgunaan. "Jika ada purnawirawan yang masih menyimpan senjata-senjatanya semasa aktif, maka kami langsung lakukan penarikan," kata Slamet menambahkan. Hal senada dikemukakan, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Herman Prayitno yang mengatakan, pendataan di masing-masing satuan di TNI Angkatan Udara (AU) rutin dilakukan dan akan ditingkatkan. "Kita tingkatkan, tidak saja bagi prajurit dan perwira yang masih aktif, tetapi juga kepada purnawirawan. Karena ada pula, purnawirawan yang memiliki hobi berburu ini yang harus cek betul-betul," ujar Herman. Tidak menutup kemungkinan ada prajurit dan perwira serta purnawirawan yang melakukan penyalahgunaan. "Karena itu, pendataan yang telah rutin dilakukan, akan ditingkatkan karena senjata itu alat yang bergantung pada kemampuan kontrol diri," katanya. Menyusul penemuan ratusan senjata dan puluhan ribu butir amunisi di Kediaman Wakil Asisten Logistik (Waaslog) Kasad almarhum Brigjen TNI Koesmayadi, Departemen Pertahanan (Dephan) akan menertibkan kembali pengadaan senjata bagi TNI. Selain itu, Dephan juga meminta kepada TNI untuk mendata kembali setiap persenjataan yang dimilikinya, guna menghindari adanya penyalahgunaan atau kegiatan illegal lainnya yang berkenaan dengan senjata standar TNI.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006