Selain mafia bola, sambung Djayadi, masyarakat juga menaruh perhatian terhadap isu kesejahteraan pemain dan jaringan judi bola.
Jakarta (ANTARA) - Hasil survei nasional terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia percaya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bisa memberantas mafia bola.

"Apakah PSSI dianggap mampu memberantas mafia bola? Sebanyak 53,4 persen masyarakat umum percaya PSSI bisa. Sebanyak 64,6 persen di kalangan yang khusus penggemar tim sepak bola mengatakan bahwa PSSI mampu," papar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat memaparkan hasil survei yang dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu.

Masyarakat umum yang mengaku kurang atau tidak percaya sebanyak 25 persen dan yang tidak tahu atau tidak menjawab 21,6 persen.

Sementara itu, masyarakat penggemar tim sepak bola Indonesia yang menyatakan kurang atau tidak percaya mencapai 21,6 persen dan sebanyak 13,8 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

"Akan tetapi, yang tidak percaya juga cukup banyak. Sebanyak 25 persen di kalangan masyarakat umum dan 21,6 persen di kalangan penggemar tim sepak bola. Padahal, mafia bola menjadi salah satu masalah penting," ucapnya.

 Djayadi mengungkapkan bahwa mafia sepak bola dan pengaturan skor merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian masyarakat sebab 57 persen responden percaya terkait dengan persoalan itu.

Selain mafia bola, sambung Djayadi, masyarakat juga menaruh perhatian terhadap isu kesejahteraan pemain (65 persen) dan jaringan judi bola (56 persen).

"Menurut masyarakat, kerusuhan suporter menjadi perhatian yang sangat besar. Sebanyak 74 persen mengatakan ini adalah masalah yang dipercaya masih menjadi concern (kekhawatiran)," kata Djayadi.

Survei nasional LSI ini pada tanggal 18–20 September 2023. Target populasi survei adalah warga negara Indonesia usia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki ponsel.

Pemilihan sampel melalui metode random digit dialing (RDD), yaitu teknik memilih sampel melalui pembangkitan nomor telepon secara acak. Sebanyak 1.206 responden dipilih melalui pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.

LSI menyebut wawancara dengan responden lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih. Sementara itu, margin of error survei diperkirakan plus minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.

Baca juga: LSI: Masyarakat dukung langkah Erick Thohir soal audit keuangan PSSI
Baca juga: LSI: Mayoritas masyarakat puas dengan kinerja Erick sebagai Ketum PSSI


Sebelumnya, Erick Thohir meminta kepada Satgas Antimafia Bola Polri agar penindakan terhadap mafia bola dapat berjalan transparan.

Erick mengatakan bahwa pihak kepolisian sudah memiliki data-data terkait dengan pengaturan skor (match fixing/match setting).

Menurut Erick, penegak hukum dapat bergerak berdasarkan bukti nyata dan bukan lagi asumsi.

"Kami berharap proses yang terjadi akan transparan dengan bukti-bukti data, jadi bukan asumsi atau tebak-tebakan, melainkan dilandasi data," ujar Erick usai melakukan audiensi dengan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo di Jakarta, Senin (26/6).

Terbaru, Satgas Antimafia Bola Polri menetapkan enam orang sebagai tersangka dugaan tindakan pidana suap berupa praktik pengaturan skors atau match fixing pada pertandingan sepak bola Liga 2 antara klub x dan klub y pada bulan November 2018.

Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal (Wakabareskrim) Polri Irjen Pol. Asep Edi Suheri di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (27/9), menyebut keenam tersangka itu terdiri atas empat orang dari pihak wasit dan dua orang dari pihak klub sepak bola.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023