Kemenangan Muizzu diperkirakan akan mengubah peta hubungan negara itu dengan India dan China.
Muizzu, yang mengalahkan petahana Presiden Ibrahim Solih pada putaran kedua Sabtu pekan lalu, didukung oleh sebuah koalisi yang dikenal dekat dengan China.
Mereka menggelorakan kampanye "India Out" (Enyahlah India) beberapa tahun lalu terhadap sekelompok kecil pasukan India di Maladewa.
"Semua negara yang menyetujui kebijakan kami yang pro-Maladewa akan menjadi sahabat dan sekutu kami," kata Muizzu kepada para pendukungnya dalam sebuah acara Senin lalu.
"Kami akan memulangkan tentara asing yang berada di Maladewa," sambung dia, tanpa menyebut negara mana pun.
Di masa lalu, partainya memandang pengaruh besar India sebagai ancaman potensial terhadap kedaulatan Maladewa.
Muizzu menuduh negara Asia Selatan tersebut berusaha membangun kehadiran militer permanen di negara kepulauan yang terletak di Samudera Hindia itu.
New Delhi, yang sejak lama berhubungan dekat dengan Male, menyangkal pernyataan itu. Mereka menyatakan tengah membangun sebuah pelabuhan angkatan laut untuk pasukan Maladewa yang akan dilatih oleh militernya.
Pemerintah India akan "menunggu dan mencermati" kebijakan-kebijakan Muizzu, kata seorang pejabat senior New Delhi.
"Dia harus bekerja sama dengan kami, dan kami harus bekerja sama dengan dia," sambung pejabat itu, seraya menandaskan bahwa India "tidak anti-Maladewa".
Solih, yang mengampanyekan "India First" (Dahulukan India), masih akan terus menjabat sebagai presiden sampai Muizzu dilantik pada 17 November.
Sumber: Reuters
Baca juga: Xi Jinping sampaikan selamat kepada Presiden terpilih Maladewa
Baca juga: Pilpres Maladewa pertemukan capres pro-India dengan capres pro-China
Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023