Surabaya (ANTARA) - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Dr. Mohammad Nasih menekankan kerja sama riset internasional kepada tujuh guru besar baru yang dikukuhkan di kampus setempat, Rabu.
Ketujuh guru besar tersebut ialah Prof. Trias Mahmudiono, SKM., MPH., GCAS., PhD., Prof. Dr. Santi Martini, dr., MKes., Prof. Dr. Ratna Dwi Wulandari, SKM., MKes., Prof. Ira Nurmala SKM., MPH., PhD., Prof. Dr. Erma Safitri, drh., MSi., Prof. Dr. Epy Muhammad Luqman, MSi., Drh., PAvet., serta Prof. I Gede Wahyu Wicaksana, SIP., MSi., PhD.
"Ini pasti akan menambah kekuatan, energi, dan semangat Universitas Airlangga. Tentu saja tidak berhenti di pengukuhan, semangat dan kontribusi harus terus dituntut dan diberikan, agar dampak dari guru besar ini tampak nyata," kata Rektor.
Ia berharap, semakin banyak peneliti dan pengajar kompeten, akan semakin meningkatkan kualitas kampus. Kini, menurut THE WUR 2024, Unair menduduki peringkat kedua sebagai kampus terbaik di Indonesia.
Baca juga: Unair tingkatkan kontribusi dengan tambah tujuh guru besar baru
Baca juga: Mahasiswa FKH Unair temukan obat PMK dari tanaman kangkung air
Tentunya, ini merupakan kontribusi bersama dari seluruh sivitas akademika.
"Ini hasil bagaimana Unair berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Yang terpenting, bagaimana kontribusi kita bagi Indonesia dan mendapatkan pengakuan internasional," ujarnya.
Baginya, guru besar baru harus mampu berkontribusi lebih bagi keberlangsungan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang riset. Unair perlu meningkatkan kerja sama riset dengan dunia internasional.
Dari itu, semangat internasionalisasi harus terus ditingkatkan. Bukan hanya untuk kampus semata, tetapi untuk kebaikan semua.
Dalam kesempatan itu, Prof. Nasih juga membahas tentang persoalan stunting di Indonesia. Menurutnya, pendidikan tentang gizi harus diberikan secara masif kepada masyarakat, utamanya orang tua.
Hal itu dikarenakan terdapat korelasi antara gizi dan stunting pada anak. Baginya, masyarakat Indonesia lebih mementingkan kenyang ketika makan, bukan kandungan gizinya.
"Seseorang biasanya jika memiliki persoalan tertentu di bidang kesehatan, biasanya akan kebablasan. Jadi, yang dulunya stunting dan kurus, ketika sudah dewasa justru obesitas. Ini perihal gaya hidup," ujarnya.*
Baca juga: Unair duduki peringkat kedua nasional versi World University Ranking
Baca juga: Pakar Unair: Kampus tempat ideal adu gagasan capres-cawaspres
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023