Bitung (ANTARA News) - Ratusan pemuda program "Merajut Indonesia" hari Minggu bertolak ke salah satu pulau terdepan Republik Indonesia yaitu Pulau Miangas Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara.

Para peserta terdiri atas Komite Nasional Pemuda Indonesia, Pramuka, pemuda kewirausahaan, pemuda tanggap bencana dan lainnya menggunakan kapal perang KRI Slamet Riyadi 352  menuju pulau yang terletak di dekat perbatasan  Filipina itu.

"Hari ini, kami akan melepas kegiatan Merajut Indonesia sebagai salah satu peringataan Hari Kebangkitan Nasional. Kegiatan ini memang monumental yang dimulai dari pulau terluar di Indonesia," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo saat acara pelepasan di Pangkalan Utama TNI AL VIII, Bitung, Sulawesi Utara, Minggu.

Program Merajut Indonesia yang digagas Kementerian Pemuda dan Olahraga itu merupakan rangkaian acara yang melibatkan para pelajar serta pemuda dari berbagai komunitas di pulau-pulau terdepan Indonesia.

Selama perjalanan menuju Miangas yang berkisar 18 jam, para pemuda mengikuti berbagai kegiatan, seperti penyuluhan antinarkoba, dialog dengan Menpora Roy dan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.

Tiba di Miangas, kegiatan dilanjutkan dengan peninjauan pulau, upacara Hari Kebangkitan Nasional, pembentangan spanduk merah putih keliling pulau, gerak jalan sehat keliling pulau, serta acara bakti sosial dengan penyerahan bantuan sarana prasarana keolahragaan dan kepramukaan.

Miangas adalah salah satu dari 92 pulau terluar Indonesia yang terletak di sebelah timur utara Indonesia. Pulau Miangas tergabung dalam gugusan kepulauan Nannusa dengan jumlah penduduk sekitar 1500 jiwa.

Pulau Miangas hanya memiliki satu desa dan jaraknya lebih dekat dari Filipina (hanya 48 mil) laut dibandingkan dengan ke Manado, Sulawesi Utara, sekitar 320 mil laut sehingga masyarakatnya sering mengandalkan barang-barang dari wilayah Filipina.

Kegiatan Merajut Indonesia akan berlanjut ke pulau terluar lainnya, yakni Pulau Rote (22 Juni), Sabang (17 Agustus), Merauke (27 September), dan ditutup di Samarinda, Kalimantan Timur (28 Oktober).

Pewarta: Monalisa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013