Pasuruan, (ANTARA News) - Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jatim kini memanfaatkan limbah gagang tembakau yang tidak bisa digunakan untuk dibuat rokok, dimanfaatkan menjadi kompos dengan dicampur bahan lain, seperti daun."Kami menerima gagang tembakau itu ratusan ton dari pabrik rokok besar di Jatim, karena dulu tidak bisa dimanfaatkan. Ternyata gagang itu cukup bagus dibuat kompos," ungkap UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Ir Djauhar Asikin MSi di Pasuruan, Jumat 97/7).Ia mengemukakan, karena mengandung nikotin, maka tidak sepenuhnya limbah tembakau bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Ini dikuatirkan unsur nikotin dalam gagang tembakau itu akan masuk ke dalam tanaman, sehingga membahayakan manusia."Untuk tanaman pisang, padi dan jagung itu cocok jika 100 persen menggunakan gagang tembakau. Tapi untuk yang lainnya pertumbuhannya tidak bagus, sehingga harus dicampur daun-daunan dengan komposisi hanya 25 persen gagang tembakau," paparnya.Ia mengemukakan, untuk tanaman pisang dan jagung pihaknya belum bisa memastikan, apakah nikotin dalam gagang tembakau itu akan masuk ke dalam tanaman dan aman jika buahnya dimakan manusia ?."Tapi untuk padi saya kira aman, karena nikotin itu sangat mudah larut dalam air. Tanaman padi itu kan banyak airnya, sehingga nikotinnya larut. Memang ada penelitian jika tembakau dicampur bahan lain untuk insektisida, tidak aman karena masuk ke buah tanaman," tuturnya.Selain menggunakan gagang tembakau, Kebun Raya Purwodadi juga menerima limbah tembakau lain, yakni sisa tembakau rajangan yang sudah dicampur bumbu dan dibakar menjadi abu."Abu sisa pembakaran tembakau itu ternyata sangat bagus untuk campuran kompos, karena tanah disini kan karakteristiknya kering, sehingga dengan kompos campuran abu itu bisa menjadi lebih gembur," ucap Djauhar.Menurut dia, sejak dulu untuk mempercepat pertumbuhan tanaman di kebun raya di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bertugas sebagai lembaga konservasi, penelitian, pendidikan dan rekreasi itu, tidak pernah menggunakan pupuk kimia."Di sini kan banyak daun-daunan yang jatuh dan bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Untuk kebutuhan pupuk itu, di sini membutuhkan sekitar 30 ton kompos dalam setiap tahun. Kami belum menjual kompos yang kami buat ke masyarakat luar," ujarnya.(*)

Copyright © ANTARA 2006